Innalillahi wainna ilaihirajiun. Kabar duka kembali menimpa pelaku jurnalistik di Bumi Lancang Kuning. Hal itu seiring berpulangnya salah seorang wartawan senior Riau, Saun Ahmad Saragih, Senin (11/11) sore sekitar pukul 17.30 WIB. Almarhum yang hingga akhir hayatnya itu masih aktif menulis, meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, dalam usia 62 tahun. Almarhum berpulang ke Rahmatullah dengan meninggalkan seorang istri Nurliana dan empat anak. Kepergiannya dilepas salah seorang wartawan senior yang juga sahabat dekat almarhum, Ridar Hendri.
Sebelum berangkat menghadap Sang Khalik, almarhum sempat dirawat selama 2,5 jam di RS Bhayangkara karena mendapat serangan jantung. Sebelum dibawa ke rumah sakit, almarhum sudah sakit-sakit dan karena kondisinya semakin menurun. Akhirnya pihak keluarga dengan dibantu Ridar Hendri membawanya ke rumah sakit. Namun kondisinya terus menurun. Akhirnya Allah berkehendak lain dan menghembuskan nafas terakhirnya dengan keadaan tenang.
Kepergian Saun Ahmad Saragih, sontak membuat rekan-rekannya merasa terkejut. Tidak saja sesama wartawan senior, hal serupa juga dirasakan warga di sekitar Jalan Jati Pekanbaru, tempat almarhum menetap selama ini.
Di mata rekan-rekan wartawan, almarhum merupakan sosok yang konsisten bekerja sebagai wartawan dan penulis sampai akhir hayatnya. Bahkan hingga ajal menjemput, Saun Ahmad Saragih masih aktif sebagai penulis dan pengurus di Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Riau.
Sosok almarhum dikenal sebagai pribadi yang tenang dalam menghadapi berbagai permasalahan. Setidaknya itulah gambaran yang diingatkan mantan Ketua PWI Riau, H Helmi Burman. Helmi sendiri mengaku terkejut atas kepergian seorang sahabat yang dikenalnya memiliki pribadi yang tenang dan tidak emosional itu. Tidak hanya itu, satu hal yang patut diteladani dari sosok Saun Ahmad Saragih, sesibuk apa pun dalam tugas jurnalistik di lapangan, almarhum tetap taat menjalankan ibadah. Ini berdasarkan pengalamannya saat berada di lapangan bersama almarhum selama satu minggu.
"Terus terang saya secara pribadi maupun masyarakat yang mengenal beliau sangat kehilangan atas kepergiannya menghadap Sang Khalik. Bagi saya beliau merupakan wartawan sejati yang terus bergelut dengan profesinya selama hidupnya. Ia juga selalu membagi ilmu yang ada padanya kepada yang wartawan lainnya," jelas Helmi Burman.
Sehingga dengan ketekunan profesi yang digelutinya, sangat wajar PWI Riau memberi penghargaan atas dedikasi dan pengabdiannya sebagai wartawan Senior.
Hal yang sama disampaikan Ketua PWI Riau, H Dheni Kurnia. Dheni mengaku sangat mengagumi sosok Saun Ahmad Saragih. Meski selama hidupnya berkutat di bidang kewartawanan, namun beberapa tahun belakangan almarhum aktif menulis beberapa buku agama.
Tidak saja bagi PWI, kepergian almarhum juga mengejutkan warga di sekitar almarhum tinggal. "Saat mendengar almarhum meninggal, warga sekitar secara sepontan bertakziah ke rumah duka. Ini artinya almarhum merupakan orang yang ramah dan dekat dengan lingkungan sekitarnya. Dan sekali lagi PWI Riau sangat kehilangan dan merindukan sosok seperti almarhum," jelasnya.
Sementara menurut penuturan sang anak, Mario Abdullah Khair, sang Bapak merupakan sosok yang patut diteladani selama hidupnya. Almarhum dikenal orang yang bertanggung jawab dalam segala hal, termasuk profesi pekerjaannya sebagai wartawan.
Saun Ahmad Saragih lahir di Simalungun pada 3 Juli 1952. Sepak terjangnya di dunia pers, telah dimulai sejak tahun 1980. Pada tahun 1980-1983, Saun Ahmad Saragih merupakan kolumnis di Harian Pikiran Rakyat Bandung, Harian Analisa dan Waspada. Selanjutnya pada 1983-1999, almarhum bergabung dengan Harian Sinar Indonesia Baru di Sumatera Utara. Selanjutnya tahun 1999-2001 menjadi Pemred/Penjab Tabloid Mediator dan Solusi. Hingga akhir hayatnya, almarhum masih tercatat sebagai pemilik Koran Potret.
Selama menggeluti dunia jurnalistik, sudah banyak penghargaan yang diperolehnya. Antara lain, beberapa kali juara lomba karya tulis wartawan se-Riau. Almarhum juga tercatat sebagai penerima Press Card Number One dari Panitia Pusat HPN tahun 2011 di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Selamat jalan senior/sahabat, semoga segala amal dan perbuatanmu diterima di sisi Allah SWT dan segala petuah yang telah diberikan menjadi pelajaran berharga bagi para wartawan saat ini dan masa mendatang. (edhar darlis)

Next > |
---|