Kemegahan dan kemajuan Riau hari ini tidak lepas dari peran strategis mahasiswa Riau. Keberadaan mahasiswa dan gerakan perlawanannya telah ada sejak nagara ini belum merdeka. Gerakan yang dilakukan merupakan bentuk perluasan peran mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, sampai saat ini mahasiswa selalu ada di hati rakyat. Mahasiswa sebagai insan akademik yang tahu betul dengan permasalahan daerah dengan kajian yang dilakukan mampu memberikan mekanisme check and balance (pengawasan dan keseimbangan). Sebagai kalangan terpelajar, mahasiswa selalu mengisi ruang-ruang perubahan.
Intelektualitas yang dimiliki dari proses menimba ilmu di kampus mampu menjernihkan pandangan untuk perbaikan kondisi masyarakat. Data, fakta dan dialektika mewarnai diskusi mahasiswa yang kemudian mengeluarkan argumentasi yang logis tentang suatu keadilan tehadap kondisi masyarakat. Berelasi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) yang rindu perubahan seperti dosen, tokoh, budayawan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan praktisi juga menjadikan kerja-kerja serius mahasiswa.
Perjalanan Riau sampai hari ini merupakan wujud dari pikiran kritis mahasiswa Riau. Belakangan ini masyarakat Riau dikejutkan dengan kasus korupsi PON khusus perubahan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2010. Korupsi telah menjadi komitmen masyarakat Indonesia bahwa itu penyakit berbahaya di negeri ini harus diperangi secara bersama.
Masyarakat Riau sepakat untuk menyukseskan penyelenggaraan PON. Bahkan, momentum PON dapat digunakan sebagai ajang konsolidasi internal masyarakat Riau. Keberadaan Riau sebagai tuan rumah PON paradoks dengan sikap pejabat, baik politisi maupun birokrat pemerintahan, yang menjadikan momentum ini sebagai wadah memperkaya diri sendiri.
Sebagai contoh yakni tindakan korupsi yang dilakukan pada Perda Nomor 6 Tahun 2010 yang menjerat beberapa orang pejabat sebagai tersangka. Di antaranya adalah tiga anggota DPRD Riau, Muhammad Faisal Anwan, Muhammad Dunhir dan Taufan Andoso Yakin serta staf PT Pembangunan Perumahan (PP) Persero, Rahmat Syahputra serta Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Provinsi Riau, Lukman Abas.
Bahkan, pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat, Sekretaris Daerah Provinsi Riau dan ajudan Gubernur Riau telah diperiksa, walaupun belum ditetapkan sebagai tersangka. Melihat kasus korupsi PON khusus Perda Nomor 6 Tahun 2010, tidak banyak akademisi, tokoh, budayawan yang fokus untuk angkat bicara. Kalaupun ada yang berbicara, masih sayup-sayup suaranya.
Tak Diam
Gerakan mahasiswa melihat kasus korupsi yang merugikan daerah tentu tidak bisa didiamkan. Ketika ketidakadilan terjadi di depan mata, hati nurani harus bicara. Keilmuan yang dimiliki harus mampu menjawab realitas yang ada.
Gerakan itu dipolopori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Pekanbaru. Gerakan yang dilakukan tidak hanya asal gerak, karena diimbangi dengan kekuatan data, fakta, diskusi dan kajian ilmiah dengan berbagai kalangan yang ada di internal kampus maupun eksternal kampus.
Mahasiswa adalah gerakan ekstraparlementer demi menjalankan amanah rakyat dengan melakukan kontrol sosial. Gerakan jalanan yang menjadi historis perjuangan mahasiswa dilakukan lebih dari tujuh kali turun ke jalan dengan 'tangkap, adili, gantung pelakunya' selalu disuarakan. Bahkan, mimbar bebas di masing-masing kampus menjadi bagian dari memasifkan isu korupsi di Riau. Mahasiswa selalu menyuarakan bebaskan Riau dari korupsi dan mendesak KPK mengusut tuntas kasus korupsi PON sampai keakar-akarnya. Bahkan, aktor intelektualnya harus ditangkap.
Hal ini dikarenakan kuat indikasi pejabat tinggi di daerah juga terlibat. Gerakan yang dilakukan mahasiswa tentu membuat panas telinga para koruptor. Terutama, para pejabat yang punya kepentingan untuk memperkaya diri sendiri pada momentum PON ini.
Oleh karena itu, ada indikasi upaya pejabat-pejabat yang terlibat kasus korupsi untuk mematikan gerakan mahasiswa.
Upaya-upaya tersebut diantaranya; Pertama, melakukan kriminalisasi gerakan mahasiswa. Kriminalisasi gerakan mahasisawa dengan alasan pengrusakan tugu countdown. Saya juga berasumsi belum tentu juga mahasiswa yang melakukan pengrusakan, siapa tahu ada konspirasi intelijen.
Saya ingin mengajak kita semua berfikir lebih komprehensif dan integral. Jangan berfikir sempit. Kerusakan tugu hitung mundur yang dilakukan kalau juga berasumsi mahasiswa yang melakukan belum seberapa bila dibandingkan dengan mark up anggaran yang dilakukan.
Ditambah dengan pembohongan publik yang dilakukan oleh salah satu pejabat Penguru Besar PON. Melihat keberadaan tugu hitung mundur yang tidak strategis bahkan pembangunannya menggunakan badan jalan, menimbulkan pertanyaan apakah tugu itu memiliki IMB.
Selain itu, tugu yang tujuan awalnya sebagai penyemarak pelaksanaan PON di Riau kenyataannya tidak berfungsi sebagai hitung waktu mundur PON. Ini menjadi kekecewaan di kalangan masyarakat.
Kondisi objektif inilah yang kemudian menjadi simbol perlawanan mahasiswa terhadap korupsi yang ada pada PON. Masyarakat tahu bahwa tugu hitung mundur simbol dari korupsi PON di Provinsi Riau.
Konflik
Kedua, melakukan konflik internal di kampus. Kejadian rusuh di kampus Universitas Riau sangat disayangkan. Ada skenario besar yang dilakukan oleh penguasa dan antek-anteknya untuk melakukan konflik di internal mahasiswa yang kemudian gerakan mahasiswa terpolarisasi.
Kejadian rusuh ini membuat gerakan mahasiswa tidak fokus untuk melakukan perlawanan terhadap korupsi PON. Konspirasi ini terlihat ketika tuntutan mahasiswa telah diakomodir oleh Pembantu Rektor III karena takut dengan jumlah massa di luar yang banyak. Setelah tuntutan disampaikan oleh PR III UNRI, massa tidak juga membubarkan diri, tapi malah tetap bertahan. ada apa dengan ini semua?
Mahasiswa harus tetap menjadi pelopor gerakan perubahan. Pola berpikir penguasa yang menganggap gerakan mahasiswa mengancam pemerintahan merupakan pikiran yang keliru. Penguasa harus memahami gerakan mahasiswa sebagai dinamisasi demokrasi.
Agenda besar penguasa untuk mematikan gerakan mahasiswa akan selalu dilakukan di kampus. Saat ini di kampus Unri, tidak tertutup kemungkinan juga dilakukan di kampus-kampus yang ada di Provinsi Riau. Waspadalah! Mahasiswa Riau harus tetap solid dan terus melakukan gerakan-gerakan ke arah perubahan, untuk kemajuan bangsa serta keadilan bagi masyarakat. Hidup mahasiswa! ***
Presiden Mahasiswa Universitas Riau 2011-2012

Next > |
---|