Haluan Riau

Wednesday, Dec 25th

Last update10:55:01 PM GMT

You are here: NEWS UTAMA Satu Tewas, Puluhan Luka-luka

Satu Tewas, Puluhan Luka-luka

PASIR PENGARAIAN (HR)-Lagi-lagi sengketa lahan antara masyarakat dan perusahaan, memicu bentrok fisik. Kali ini, bentrok massal terjadi antara warga Desa Mahato Sakti, Kecamatan Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu, dengan sejumlah orang yang diduga bayaran PT Merangkai Artha Nusantara, Jumat (20/12), sekitar pukul 11.00 WIB.

Dalam bentrok itu, salah seorang yang diduga preman bayaran PT Me­rangkai Artha Nusantara (MAN) bernama Lukas Baru (35), tewas ber­simbah darah dan tiga lainnya luka-luka. Sementara dari pihak war­ga, beberapa orang mengalami luka-luka akibat terkena lemparan batu.

Selain itu, sekitar enam unit sepeda motor milik ok­num preman juga dibakar warga. Begitu juga satu unit truk colt diesel dan sebuah barak milik peru­sahaan, hangus terbakar.

Menurut berbagai sumber di lapangan, bentrokan berdarah itu pecah akibat tak kunjung selesainya sengketa lahan antara warga dan perusahaan. Pihak perusahaan dituding menyerobot lahan warga Mahato Sakti seluas sekitar 300 hektare.

"Masalahnya sudah menjadi masalah dilematis. Tanah kami sudah dikuasai PT MAN, namun saat kami meminta lahan dikembalikan, mereka malah menyewa oknum preman dari luar daerah," kata salah seorang warga Mahato Sakti tidak bersedia disebutkan namanya, melalui telepon, Jumat sore kemarin.

Lahan yang dimaksud, awalnya dikelola pihak perusahaan dengan pola mitra KKPA. Saat warga minta lahan itu dikembalikan, permintaan itu tak kunjung dipenuhi manajemen PT MAN.

Menurut sumber tersebut, mereka nekat mengejar oknum preman bersenjata tajam sampai ke areal PT MAN, karena sudah habis kesabarannya. Puluhan oknum preman yang diduga diberdayakan perusahaan itu awalnya menakuti-nakuti masyarakat di kampung.

"Tindakan perusahaan dengan menurunkan oknum preman ke lokasi konflik inilah penyababnya. Mereka juga sering masuk wilayah desa kami. Sekarang kami tak takut lagi. Ini masa depan kami," ungkap sumber.

Pria ini mengakui, tindakan anarkhis itu pecah karena masyarakat Mahato Sakti membela harkat dan martabat mereka yang telah lama dijajah perusahaan.

"Sebelum bentrok ini pecah, kami sudah minta pihak polisi menangkap para preman itu. Bahkan Pak Kades sudah beberapa kali memintanya, tapi tetap Pak Polisi tidak mengindahkan," ujarnya.

Serahkan Diri Ramai-ramai
Menurutnya, atas adanya korban tewas dari pihak PT MAN, semua warga siap bertanggung jawab. Dan jika ada warga yang ditangkap, masyarakat sekampung juga siap ditahan dan menyerahkan diri ke Kepolisian. Sebab tindakan itu dilakukan bersama-sama.

"Kami tidak takut lagi dengan senjata, hanya inilah harapan kami untuk masa depan anak-anak kami nanti," tegasnya lagi.

Petugas Diturunkan
Untuk menghentikan aksi berdarah antara masyarakat Mahato Sakti dengan pihak Manajemen PT MAN, pihak Kepolisian menurunkan sebanyak 60 personil di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Sejak berita ini diturunkan pihak kepolisian belum menetapkan tersangkanya karena sedang dilakukan pendataan sekaligus pengumpulan alat bukti di TKP.

“Saat ini kita belum melalukan pemeriksaan saksi atau penetapan tersangka. Karena saat ini tengah dilakukan pendataan korban dan kerusakan sekaligus mengumpulkan data-data dilapangan. Untuk saat ini, kondisi di TKP sudah aman dan kondusif. Yang jelas jumlah korban luka belum kita ketahui. Namun yang jelas, satu orang dari pihak perusahaan meninggal dunia,” terang Kapolres Rohul AKBP Onny Trimurti melalui Kasat Reskrim AKP Syahruddin. (rtc)

AddThis Social Bookmark Button

Add comment


Security code
Refresh