xxx-Garis pantai yang membentang mulai dari Pulau Topang, Pulau Rangsang, Rangsang Barat, hingga Pulau Merbau, jika diukur panjangnya bisa mencapai ratusan kilo meter. Sepanjang garis pantai itulah, ombak dari Selat Malaka memukul daratan ke empat pulau bagian dari daerah Kabupaten Kepulauan Meranti itu. Secara umum, garis pantai utara dari ke empat pulau itu, saat ini kondisinya sudah semakin parah. Tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah kabupaten, apalagi masyarakat setempat. Walau ada gerakan penananam pohon satu miliar yang dicanangkan Pemerintah Pusat dan diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, namun untuk bisa bertahan dari terjangan arus ombak yang deras itu, membuat tanaman Api-api atau Bakau yang baru ditanam itu tidak mampu bertahan akibat derasnya ombak tersebut.
Untuk bisa menangkis ganasnya ombak Selat Malak itu, pemerintah harus memiliki dana yang besar. Jika dihitun-hitung harus menghabiskan dana triliunan rupiah untuk bisa membentengi seluruh bibir pantai di empat pulau tersebut.
Sebab strategi melawan arus deras ombak itu hanya dengan membangun batu pemecah ombak, ataupun pembangunan tiang pancang beton sebagai penahan turap untuk menghampang ombak ganas itu.
Batu gunung untuk membangun pemecah ombak itupun harus didatangkan dari daerah lain. Kemudian batu itupun disusun menuju tengah laut. Dibangun sejajar dalam radius tertentu, antara bangunan yang satu dan lainnya. Sehingga arus ombak yang sampai ke daratan tidak lagi berpotensi merusak bibir pantai itu.
Namun, untuk mendatangkan batu yang jutaan meter kubik volumenya itu tersebut, tentu membutuhkan dana yang juga tidak sedidikit. Selain masang batu pemecah ombak, pemerintah juga bisa memasang cerocok yang dalam di tepi pantai, sebagai salah satu cara untuk menghempang arus ombak. Namun semua itu juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan peralatan yang canggih.
Jika pembangunan itu dilakukan seara konvensional, baik dengan membangun batu lanjung untuk pemecah ombak tersebut, atau pembuatan cerocok beton yang akan ditancapkan agak jauh dari pantai tersebut, dipastikan menghabiskan dana triliunan itu. "Untuk itulah kita sebutkan, jika ingin menangkis ombak atau melindungi pulau dari ancaman abrasi, jika hanya mengandalkan kemampuan keuangan daerah, maka seluruh pulau-pulau itu secra perlahan akan sirna dari peta, bahkan bukan hanya dari peta Riau, namun juga dari luas teritori NKRI," jelas Bupati Kepulauan Meranti Drs Irwan MSi, dalam penjelasan upaya berperang melawan abrasi yang terjadi.
Bupati Irwan mengakui, berbagai upaya penyelamatan pulau-pulau itu terus dilakukan oleh jajarannya dan juga masyarakat sekitar. Namun masyarakat dan pemerintah sejauh ini baru mampu menanam pohon mangrove. Yakni pohon Bakau dan Pohon Api-api. "Hal itu memang sudah dijalankan sejak beberapa tahun lalun, namun hasilnya nyaris tidak berarti dengan luasnya daratan hilang setiap tahunnya," kata Irwan.
Berbagai kelompok pelestari lingkungan yang bekerjasama dengan instansi teknis terkait, lanjut Irwan, senantiasa berupaya menghijaukan lahan-lahan kritis, termasuk bibir pantai itu. Namun sebagaimana kita sebutkan di atas tadi, kekuatan tanaman yang baru ditanam itu sangat rapuh dan belum sempat berakar, ombak pun datang menyapu.
"Bagaimanapun kita lajunya melakukan penanaman bibit Bakau atau Api-api itu, namun jauh lebih laju gelombang ombak untuk mencabutnya. Sehingga kita berpendapat tanaman mangrove itu bisa bertahan hidup jika nantinya ada bangunan pemecah ombak atau cerocok beton yang tertancap di batas bibir pantai," sebut Irwan.(adv/hms)

Next > |
---|