Sejumlah pedagang barang harian berskala kecil mulai merasakan dampak dari tumbuh suburnya ritel besar, Indomaret dan Alfamart. Penjualan mereka turun drastis. Pembeli lebih memilih belanja di ritel besar yang baru berdiri tersebut. "Dulu, pembeli lumayan ramai. Sekarang siapa yang beli lagi ke sini, tuh Indomaret sudah lengkap isinya, semua ada. Tambah pula Alfamart buka 24 jam. Kami ini sekarang hanya nunggu barang-barang yang ada ini habis saja. Setelah itu tak tahu mau jualan apa.
Mungkin kedai ini dirombak. Mungkin mau jualan lontong atau jual yang tak ada di Indomaret," keluh Wati (44), Mungkin pemilik kios barang harian di samping Indomaret di Jalan Paus Pekanbaru.
Indomaret di Jalan Paus itu belum lama berdiri. Tapi dampaknya sangat terasa bagi Wati yang sudah mendirikan kios itu sejak 15 tahun lalu. Di kios itu dia menjual berbagai barang harian seperti minuman kemasan, makanan ringan, rokok, pulsa elektrik dan bensin eceran. Kemarin, ketika Haluan Riau mampir, kios itu terlihat sepi pembeli.
Kepada Haluan Riau, Wati mengaku omsetnya turun. Penurunan itu omset itu terjadi sejak berdirinya sebuah ritel berdiri megah di samping kiosnya. Dulu, sebelum ritel itu muncul, kata Wati, lokasi yang dia tempati itu termasuk lokasi yang strategis untuk berjualan. Dia sudah menempati lokasi itu sejak 15 tahun lalu. Namun kini dia jualnya sangat jauh turun.
"Kita tidak pungkiri ini persaingan. Namun dengan adanya ritel ini seperti Indomaret dan sejenisnya di Kota Pekanbaru, mau bagaimana lagi. Ini yang terjadi saat ini, terpaksa mengalah karena pedagang tidak dapat berbuat banyak selain menunggu peruntungan," sebut Wati.
Kedatangan Alfamart dan Indomaret menurut Wati tidak terlepas dari peran pemerintah yang jelas berpihak kepada pengusaha besar. Baginya pemerintah tidak memikirkan pedagang tempatan yang bermodal sedikit. Akibatnya lambat laun usaha pedagang kecil akan mati dengan sendirinya.
Ungkapan serupa juga disampaikan Johan, salah seorang pedagang kecil di Jalan Durian. "Dibandingkan sebelum berdirinya Indomaret kami memang mengalami penurunan omzet. Kami tentu tidak mampu bersaing dengan mereka yang mempunyai modal lebih besar. Selain itu harga barang di Indomaret ataupun Alfamart lebih murah karena mereka pasok barang langsung dari Jakarta tanpa melalui marketing di Pekanbaru," Keluh seorang penjual rokok dan minuman di samping Alfamart di Jalan Durian, Senin, (8/4).
Pantauan Haluan Riau di lapangan, keberadaan ritel Indomaret dan Alfamart di Kota Pekanbaru terus bertambah. Di sepanjang Jalan Durian saja terdapat dua ritel Indomart dan dua Alfamart. Padahal sebelumnya Walikota Pekanbaru Firdaus pernah menyampaikan izin Alfamart dan Indomaret diberikan hanya di jalan-jalan protokol atau jalan-jalan utama.
"Kami berharap Pemko memihak kepada pedagang kecil. Kalau jumlahnya dibatasi, mungkin tidak masalah. Tapi kalau sudah menjamur seperti sekarang, lama-lama pedagang kecil di sekitarnya akan merugi. Di Jalan Durian saja ada 4, tambah lagi di Jalan Cempaka yang baru akan dibuka," jelas Johan, seorang pedagang yang kiosnya berhadapan langsung dengan Indomart di Jalan Durian.
Keluhan pedagang harian lokal soal pengaruh buruh dari kehadiran Indomaret dan Alfamart yang tumbuh bak jamur dimusim hujan, sudah sampai ke anggota DPRD Pekanbaru. Anggota Dewan berharap pendirian ritel itu distop dulu dan meminta Pemerintah Kota Pekanbaru meninjau ulang izin ritel berjejarang yang sudah terlanjur diberikan.
Sekretaris Komisi IV, Muhammad Sabarudi mengatakan dia telah menerima langsung pengaduan dari pemilik toko. Pedagang itu mengaku sejak adanya Indomaret dan Alfamart, omset mereka turun drastis.
"Keberadaan ritel modern ini memang harus ada kebijakan yang tegas dari pemerintah. Harus diatur. Saya jumpa masyarakat yang memiliki toko, semuanya mengaku omsetnya turun sejak ada ritel ini. Pemerintah Kota Pekanbaru harus melihat betul pasar modern yang berjejaringan dan tidak berjejaringan. Kalau yang berjejaringan ini, setiap kecamatan maksimal boleh buka dua atau tiga outlet saja," kata Sabarudi saat dikonfirmasi melalui selulernya.
Dikatakannya, meski telah memberikan izin 200 ritel yang akan menyebar hingga ke pelosok, menurut Sabarudi, untuk membuat kebijakan, Pemko Pekanbaru belum terlambat.
"Saya rasa belum terlambat. Buat Perda tentang keberadaan pasar modern ini sebelum nanti datang lagi pasar modern lainnya ke Kota Pekanbaru ini. Batasi segera pendirian ritel di setiap kecamatan di Kota Pekanbaru. Harus distop pendirian 200 ritel ini sebelum dibangun. Bisa saja dialihkan ke daerah kabupaten lainnya di Riau ini," kata Sabarudi.
Sabarudi meminta, keberadaan pedagang kecil di Kota Pekanbaru harus diayomi dan pedagang kecil juga harus menaati pemerintah. Sehingga, keberadaan pedagang kecil dan pedagang yang telah sejak lama menafkahi keluarga dari hasil jual beli di Kota Pekanbaru, tidak "dicuekin" begitu saja setelah munculnya usaha modal besar dan berjejaringan tersebut.
"Saya atas nama masyarakat sangat menentang keberadaan ritel yang dibangun di kawasan masyarakat berdagang. Sudah jelas ada usaha masyarakat tempatan di lokasi itu, tapi ritel memaksakan diri untuk beroperasi di tempat yang sama sehingga mematikan usaha pedagang tempatan. Jangan sampai pemerintah tengah gencar melakukan penggusuran kepada pedagang kecil, tapi usaha bermodal besar dengan enteng berdiri di Pekanbaru. Ini yang harus dilakukan evaluasi," tegas Sabarudi. (ben/mg3)

Next > |
---|