Haluan Riau

Tuesday, Dec 10th

Last update04:14:12 AM GMT

You are here: NEWS UTAMA Demi Beras, Harus Lalui Bukit Terjal dan Jurang

Demi Beras, Harus Lalui Bukit Terjal dan Jurang

KAMPAR , HALUAN RIAU - Di antara ratusan desa di Kabupaten Kampar, masih banyak desa yang belum memiliki fasilitas jalan yang memadai. Akibatnya, bila hujan turun, desa-desa itu jadi terisolir karena akses jalan terputus. Beberapa di antaranya terdapat di Kecamatan Kampar Kiri Hulu.

Empat desa di antara­nya, berada di perbatasan de­ngan Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Ba­rat. Keempat desa tersebut adalah Desa Tanjung Per­mai, Desa Kebun Tinggi, Pangkalan Kapas dan Desa Lubuk Bigau.

Saat ini, keempat desa ini termasuk yang mengalami rawan pangan, setelah banjir terjadi di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Pada Kamis (5/12), sejumlah wartawan menyempatkan diri mengunjungi langsung empat desa tersebut. Untuk menjangkau desa tersebut, wartawan  memilih jalur alternatif masuk melalui Kenegarian Tanjung Pati, Kabupaten Lima Puluh Kota dan terus dilanjutkan ke Kenegarian Taram menuju Kenegarian Pilubang dan terakhir perjalanan diteruskan  menuju Jorong Bulu Kasok Kenegarian Sarilamak Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Jorong Bulu Kasok ini berbatasan langsung  dengan Desa Tanjung Permai Kecamatan Kampar Kiri Hulu.

Dipilihnya jalur ini karena akses transportasi dari Lipat Kain Kecamatan Kampar Kiri lumpuh total karena banyak jalan rusak dan beberapa jembatan dari Batu Sosak ke Lubuk Bigau telah ambruk. Jarak Taram ke Tanjung Permai sekira 35 kilometer ini membutuhkan waktu tempuh 2,5 jam menggunakan mobil. 

Dari pantauan Haluan Riau, ruas jalan Jorong Bulu Kasok menuju Desa Tanjung Permai ini kondisi jalannya sangat memprihatinkan. Begitu juga dari Tanjung Permai ke desa lainnya baik ke Kebun Tinggi,  Lubuk Bigau maupun Pangkalan Kapas. Sepanjang Jalan banyak ditemui bebatuan ukuran besar. Jalan berlobang dan bergelombang. Sebagian jalan juga licin dan berlumpur. Pengendara juga harus ekstra hati-hati melewati ruas jalan yang berada di tepi jurang dan perbukitan yang terjal.

Kondisi inilah yang harus dilewati warga dari empat desa ini jika ingin keluar belanja kebutuhan sehari-hari baik ke Taram ataupun ke Payakumbuh.

Jalan yang terkesan tak terawat ini membelah kawasan hutan yang masih tampak asri. Ada empat titik jalan yang harus diseberangi tanpa jembatan. Jika permukaan air naik maka pengendara sepeda motor ataupun mobil harus menunggu air surut.

Hingga Kamis (5/12) pukul 17.50 sore berdasarkan konfirmasi dengan Kepala Seksi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar Nasri Roza mengatakan bahwa bantuan untuk empat desa ini hampir sampai di Taram. Bantuan ini akan langsung disalurkan ke empat desa ini.

Salah seorang warga Desa Kebun Tinggi Raswan dalam bincang-bincangnya dengan Haluan Riau mengungkapkan, kondisi ini telah mereka alami sejak lama. Hingga saat ini belum ada jalan yang memadai untuk melepas keterisolasiran di Kecamatan Kampar Kiri Hulu khususnya di empat desa. 

"Kalau ingin kebutuhan sehari-hari dengan harga normal kami harus menempih perjalanan naik sepeda motor mencapai dua jam. Harus tiga kali naik rakit. Kalau pakai mobil lama. Banyak warga memang memilih belanja di Taram ini," ujar Ruswan.

Jika hujan turun, warga harus mengurungkan niatnya melanjutkan perjalanan karena kondisi jalan licin dan berlumpur.

Diakuinya pula, jika ada keperluan ke daerah Payakumbuh atau Taram, tak jarang warga menginap dulu sehari sampai di Taram untuk melepas lelah karena menempuh perjalanan yang medannya sangat sulit.

Akibat sulitnya transportasi menuju empat desa ini membuat harga kebutuhan pokok dan barang lainnya  dipatok dengan harga jauh lebih tinggi di empat desa ini. 

"Kalau kita menitip barang, ongkos barang saja dikenakan Rp2 ribu per kilo. Misalnya harga semen Rp50 ribu per sak, maka ongkosnya Rp100 ribu," ujarnya.

Sementara itu Burnizal (45), warga Desa Kebun Tinggi juga menuturkan, jalan dari  Desa Kebun Tinggi ke Desa Batu Sasak sudah empat bulan tak bisa dilalui. Seluruh jembatan rusak parah. Jembatan ini selama ini hanya terbuat dari kayu. "Ukurannya bukan jembatan. Box cuvert lebih tahan. Jembatan itu hanya perlu dua unit. Satu di  Sungai Pondok Soriak di perbatasan Batu Sasak dengan Kebun Tinggi dan Sungai Batang Kapas Desa Kebun Tinggi," ujarnya.

Lebih lanjut Burnizal mengatakan masyarakat masih merasa beruntung karena masih ada jalan alternatif melalui Jorong Bulu Kasok Kenegarian Sarilamak Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar. "Kalau tak ada jalan ini ntah bagaimanalah nasib masyarakat di sini. Meski selama musim hujan tetap dipaksakan keluar dengan kondisi jalan yang sangat parah begini," ucapnya.

Karena sulitnya pedagang eceran di kampung-kampung membawa barang belanjaan dari Pasar Taram, masyarakat harus membeli dengan harga jauh lebih mahal. Misalnya saja untuk harga beras untuk 1 kilogram di Pasar Taram dibeli Rp8 ribu, maka di warung-warung di Kebun Tinggi bisa mencapai Rp12 ribu.

Sementara itu salah satu pasangan keluarga usia lanjut Karana (76), warga RT 01/RW 01 Dusun I Desa Tanjung Permai ketika ditemui dirumahnya merasa bersyukur karena untuk berbelanja kebutuhan sembako dibantu oleh anak-anaknya belanja ke Pasar di Taram. Namun itu hanya bisa dilakukan jika tidak turun hujan. "Sekali seminggu anak saya belanja ke Taram. Itu kalau tak hujan lebat. Kalau tidak cari di kampung sini," ujarnya. (hir)

AddThis Social Bookmark Button

Add comment


Security code
Refresh