There was a problem loading image /home/haluanri/public_html/images/stories/13042701indra-peti.jpg
There was a problem loading image /home/haluanri/public_html/images/stories/13042701indra-peti.jpg
TELUK KUANTAN-Tindakan tegas terhadap pelaku Penambangan Emas Tanpa Izin, tampaknya sudah mulai ditunjukkan Pemkab Kuantan Singingi. Dalam razia yang digelar Tim Terpadu Pemkab Kuansing, Jumat (26/4) sekitar pukul 14.30 WIB, tim melakukan tindakan tegas dengan membakar sembilan kapal yang digunakan untuk pengerukan pasir sungai tersebut. Sementara itu dikabarkan aktivitas PETI saat ini sudah mulai merambah hingga ke kawasan kebun, baik milik masyarakat maupun perusahaan. Akibatnya, kebun-kebun itu pun menjadi rusak.
Jumlahnya diprediksi mencapai ratusan unit.
Razia kemarin dipusatkan di Kenegerian Kopah, Kecamatan Kuantan Tengah. Kawasan itu selama ini juga dikenal sebagai kawasan yang marak aktivitas PETI-nya. Razia dipimpin langsung Asisten I Setdakab Kuansing Erlianto, Kadis Energi dan Sumber Daya Mineral Indra Agus, kabag Ops Polres Kompol Azwar, Satpol PP dan TNI serta Sekcam Kuantan Tengah Yonsiswandri.
Dalam razia tersebut, petugas menemukan sembilan kapal PETI berikut mesinnya. Kapal-kapal tersebut ditemukan berada di areal Sungai Sepaku, Desa Titian Modang. Agar tidak bisa digunakan lagi, petugas langsung membakarnya.
Saat tindakan tegas itu dilakukan, para pekerja kapal PETI tidak berada di tempat. Diduga, mereka sudah mengetahui adanya razia sehingga memilih menyingkir dari kapal-kapal tersebut. Petugas pun dengan mudah melakukan pemusnahan terhadap kapal-kapal tersebut.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas ESDM Kuansing Indra Agus Lukman membenarkan adanya tindakan tegas terhadap aksi PETI tersebut.
"Untuk menempuh lokasi PETI ini, rombongan tim terpadu harus berjalan kaki sepanjang lebih kurang 1 kilometer dengan kondisi jalan yang cukup parah. Mungkin karena jarak jauh, pelaku PETI ini tahu tim akan datang," katanya.
Indra, juga mengucapkan terima kasih kepada banyak kepada masyarakat yang telah mendukung upaya tim dalam menuntaskan masalah PETI di Kuansing. "Alhamdulillah masyarakat kita sangat mendukung,"katanya.
Sanksi Bakar
Ditegaskan Indra, pihaknya akan memberlakukan sanksi tegas berupa pembakaran, terhadap kapal PETI yang ditemukan masih beraktivitas.
"Semua mesin yang kita temukan langsung kita bakar, agar tidak lagi bisa digunakan,"katanya.
Sebelum ke desa Titian Modang, sebenarnya tim juga sempat menyusuri kawasan Desa Jaya, tetangga desa Titian Modang. Namun di desa tersebut tim tidak menemukan satu pun mesin PETI.
Kawasan Sungai Sepaku Desa Titian Modang selama ini memang menjadi salah satu basis PETI. Masyarakat di kawasan itu juga sudah sering yang mengeluhkan aktivitas itu, karena membuat air Sungai Sepaku jadi keruh dan tidak bisa lagi digunakan. Padahal, dulunya air sungai itu sangat jernih dan bersih.
Rusak Kebun
Sementara itu, aktivitas PETI di Kuansing dikabarkan masih tetap marak. Bahkan, aktivitasnya tidak saja dilakukan di kawasan sungai, namun juga sudah mulai merambah dan merusak kebun sawit. Kondisi itu terjadi di Desa Pantai, Kecamatan Kuantan Mudik.
Sedikitnya, saat ini ada sejutar 200 kapal lebih rakit PETI melakukan aktivitas di lahan sawit milik perusahaan dan masyarakat di desa itu. Tepatnya, di kawasan Bukit Payung atau Abling 12 Desa Pantai.
Saat ini, sungai kecil di areal lahan kebun sawit milik perusahaan dan masyarakat tersebut ditambang secara ilegal oleh pelaku PETI.
Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, akibat aktivitas PETI itu, kondisi kebun sudah berusah menjadi lautan padang pasir. Pohon sawit yang ditanami telah banyak yang rusak akibat aktivitas tambang ilegal tersebut. Sungai di kawasan itu juga tidak bisa lagi digunakan karena air sungai sudah seperti lumpur.
Disebutkannya, pekerja kapal PETI ini berasal dari luar daerah, kebanyakan didatangkan dari Jawa dan sejumlah daerah di Indonesia.
"Tanaman sawit yang tumbuh sekarang banyak dirusak, karena memang aktivitas berada di tengah kebun sawit,"katanya.
Beberapa waktu lalu sempat dilakukan razia, namun pelaku PETI yang diduga dibeking preman kampung ini melakukan aksi demo di depan PT TBS. Setelah polisi datang pelaku PETI menghilang.
Kabar lain yang beredar, kalau aktivitas tersebut memiliki pengurus, dimana pengurus ini yang mengutip setiap hari kepada pemilik kapal. Uang ini disinyalir disetor ke sejumlah oknum supaya aktivitas tersebut aman.
Polda Harus Tegas
Di tempat terpisah, warga Sentajo Roni mengatakan, Polda Riau harus tegas membantu pihak Kepolisian setempat menuntaskan masalah PETI ini.
"Pekerja PETI ini kebanyakan dari luar Kuansing, bukan masyarakat Kuansing. Orang yang memilki kapal PETI ini juga orang menengah keatas atau orang berduit, jadi kalau dikatakan masyarakat kita, tentunya kita tidak terima,"tegasnya. (rob)

Next > |
---|