Siak Hulu - Matahari baru saja merangkak naik, persis saat Jefry Noer tiba di balai sederhana di kompleks Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu. Tatapannya nampak tajam, melihat satu per satu peserta pelatihan yang sudah berkumpul di sana. “Kalau memang tak serius mengikuti pelatihan, lebih baik pulang saja. Dari pada dua minggu di sini, tapi tak menghasilkan apa-apa. Kasihan keluarga saudara yang lama menunggu kepulangan saudara di kampung,” datar suara Jefry kepada semua peserta yang ada di situ.
Minggu pagi (8/9), Bupati Kampar ini menumpahkan kekesalannya setelah sehari sebelumnya dia mendapati ada sejumlah peserta pelatihan yang tak disiplin memanfaatkan waktu. Pada kunjungan mendadak Sabtu itu, Jefry mendapati ada peserta pelatihan yang malah bermalas-malasan pada jam makan siang.
“Saya membikin pelatihan semacam ini demi menjalankan tanggung jawab besar terhadap Kampar. Program lima pilar pembangunan yang sudah berjalan, bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup,” Jefry masih nampak kesal.
Itu makanya tiap bulan ada 240 masyarakat yang diberi pelatihan cuma-cuma. Setelah lulus dikasi pinjaman modal. Biar bisa berusaha dan hidupnya berubah. “Meski umur saya sudah lebih setengah abad, saya masih bisa kayak Kopassus. Gerak cepat demi terlaksananya misi Kabupaten Kampar ini. Tapi kalau saudara malas-malasan, kesan yang muncul justru kok malah saya yang keukeuh hidup saudara berubah sementara saudara tidak,” kata Jefry.
Mestinya kata Jefry, kesempatan besar yang dibikin oleh Pemkab Kampar ini, dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat, khususnya mereka yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu. “Tapi yang kelihatan malah saya yang keukeuh. Ada apa ini? Terus terang, kalau dikaji untung, enggak ada untungnya bagi saya, hidup saudara berubah atau tidak. Kita bukan saudara, tetangga apa lagi kerabat. Tapi lagi-lagi, sebagai Bupati saya mesti menjalankan tugas dan tanggung jawab,” tegas Jefry.
Tak hanya peserta pelatihan yang diomeli Jefry. Para pengasuh P4S juga kena ‘sembur’. “Saya minta semua pengasuh supaya tegas. Jangan dijadikan kompleks P4S ini sebagai tempat santai. Mulai hari ini, saya minta penilaian lebih ketat lagi. Peserta jangan sembarang lulus. Saya nanti yang malu kalau orang bilang lulusan P4S enggak punya ilmu apa-apa. Biarlah 10 orang yang lulus, yang penting bernas,” pinta pembina P4S ini.
“Saya marah kepada saudara, lantaran saya sayang. Kalau saya tak sayang, untuk apa saya datang ke sini? Mending hari libur, saya manfaatkan bersama keluarga. Toh anak saya masih ada yang kecil. Kalau saudara punya keseriusan, tolong ikut aturan. Yuk semangat. Pupuk semangat saudara supaya apa yang saudara dapat dari pelatihan ini, bisa merubah hidup. Yakinlah, semangat tinggi adalah 50 persen dari keberhasilan. Contohlah semangat petani enam sekawan di Danau Lancang yang dalam tempo 6 bulan bisa menghasilkan duit Rp1,44 miliar dari hasil tanam cabai,” ujar Jefry.
Tak berlebihan jika Jefry menumpahkan kekesalannya. Sebab sepanjang P4S ada, sudah lebih dari 3.000 peserta yang lulus. kalau masing-masing alumni merekrut anggota di desa masing-masing 9 orang, maka sudah 3.000 kelompok bertebaran di Kabupaten Kampar, mendulang duit lewat usaha pertanian, peternakan dan perikanan. (adv/humas)

Next > |
---|