DUMAI-Sosialisasi wisata malam bertema Dunia Gemerlap Malam sehat tanpa narkoba oleh Walikota H Khairul Anwar di sebuah pub live musik, Minggu (10/3) malam, mendapat kecaman dari Himpunan Mahasiswa Islam dan pedagang kaki lima di Kota Dumai. Ketua umum HMI Dumai Eria Chandra menyatakan, pihaknya sangat mengutuk keras upaya Walikota yang dinilai melegalkan kegiatan maksiat di lokasi hiburan malam yang identik dengan narkoba dan maksiat.
Kendati sehat ini direncanakan untuk mendukung visi menjadikan Dumai kota jasa pelayanan tourism dengan wisata malam.
Namun tetap saja hal tersebut tidak mencerminkan Dumai sebagai daerah berbudaya Melayu yang sarat dengan unsur Islami.
"Kita menentang keras upaya melegalkan aktivitas dugem sehat di lokasi hiburan malam ini, karena sudah jelas dugem tidak mencerminkan budaya Melayu yang sarat dan kental dengan nuansa Islami. Dugem juga identik dan marak dengan perbuatan maksiat yang bisa merusak moral generasi muda," tegas Eria, Senin (12/3).
Dia berpendapat, apa yang dilakukan Khairul sangat disayangkan dan memalukan, karena diketahui hampir di seluruh kota di Indonesia saat ini sedang giatnya memberantas maksiat yang tersedia di lokasi hiburan malam.
"Apapun alasannya dugem tidak dapat dilegalkan karena ada ruang bebas bagi pengunjung untuk menikmati narkoba yang diselingi wanita malam dan minuman keras. Ini merupakan tindakan yang tidak wajar di
lakukan seorang kepala daerah," ujarnya.
Eria menambahkan, dengan dicanangkannya dugem sehat tanpa narkoba oleh pemimpin daerah, nantinya akan memancing generasi muda untuk ikut terjun dan menikmati suasana malam di lokasi hiburan malam.
Penolakan pencanangan dugem sehat tanpa narkoba ini juga diprotes kalangan pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Mereka menilai walikota hanya mengurusi sesuatu hal yang tidak prinsip dan justru mendukung dugem yang jelas-jelas nantinya akan merusak moral anak bangsa.
Menurut Adek Sanjaya, para pedagang kaki lima sangat mendukung terciptanya wisata kuliner jajanan pinggir jalan, namun tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah dan tak jarang kerap diancam bongkar paksa dengan dalih penegakkan Perda Kebersihan dan Ketertiban Umum.
"Dugem tidak perlu dilegalkan karena toh tetap berjalan seperti biasa. Tapi oleh walikota justru diurusin, padahal kami yang berdagang sudah nyata mendukung tercapainya wisata kuliner.***
menuju kota jasa pelayanan pelabuhan dan tourism, sudah sepantasnya Dumai dilengkapi dengan ketersediaan lokasi hiburan malam.
"Lakukanlah dugem sehat tanpa narkoba untuk kebaikan kita bersama. Tapi jangan hanya tanpa narkoba, kalau bisa juga tanpa minuman keras dan wanita penjaja seks," kata Khairul, didampingi Kadis Pariwisata, Kebudayaan Eldar Afinta, Kepala Satpol PP Bambang Wardoyo dan Kadis Perhubungan Taufik Ibrahim.
Dia menjelaskan, perlunya keberadaan hiburan malam di Dumai karena sejauh ini tidak memiliki wisata alam dan buatan yang dapat dijadikan unggulan di sektor kepariwisataan. Namun, tentu saja hiburan yang diharapkan pemerintah ialah lokasi sebagai sarana menghibur dan rekreasi masyarakat umum tanpa harus menggunakan narkoba, miras dan wanita.
"Jadilah hiburan malam yang bermartabat, bermarwah dan sehat dengan tidak memberikan ruang untuk peredaran narkoba, minuman keras dan wanita malam. Sebab dengan dugem sehat tentu saja masyarakat umum tidak akan segan-segan untuk berkunjung untuk mencari hiburan," terangnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Dumai Lukman Syarif saat dikonfirmasi sejumlah wartawan terkait pencanangan dugem sehat tanpa narkoba oleh Walikota mengatakan belum bisa memberikan keterangan sebelum mempelajari lebih lanjut persoalan ini.
"Saya akan pelajari dahulu," katanya ke berbagai wartawan. (zak)

Next > |
---|