Tanggal 17 Agustus kemarin, bangsa Indonesia memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-68 Republik Indonesia. Sejumlah acara pun mengisi peringatan HUT tersebut. Mulai dari upacara peringatan detik-detik kemerdekaan sampai acara non formil seumpama perlombaan-perlombaan yang dilaksanakan di seluruh pelosok negara ini. Begitulah gambaran bangsa ini mengapresiasikan kegembiraannya memperingati hari kemerdekaan yang menjadi hari yang sangat penting bagi perjalanan sejarah bangsa yang besar ini. Merdeka di usia yang ke-68 sepintas menggambarkan sudah cukup lama waktu yang dimiliki bangsa ini untuk mengisinya dengan berbagai pembangunan.
Walau belum sepenuhnya memuaskan, tapi perlahan tapi pasti pembangunan itu nyata adanya. Meski pemerataan dan capaian pembangunan belum terwujud secara maksimal, tapi yakinlah, cepat atau lambat pembangunan merata dan yang diinginkan itu akan terwujud sepanjang kita masih menanamkan keoptimisan serta berfikir dan berbuat positif terus menerus.
Hanya persoalan waktu, komitmen dan kesempatan saja untuk mewujudkan kejayaan. Karena, bagaimana pun untuk membangun negara yang luas ini butuh waktu panjang. Lihat misalnya negara Amerika Serikat yang merdeka pada tahun 1776 dan butuh waktu lama untuk membangun negaranya hingga memiliki pencapaian seperti saat ini.
68 tahun sudah bangsa ini mengisi perjalanan sejarahnya. Berbagai situasi politik silih berganti menyesuaikan keinginan pelaku sejarah dan penguasanya saat itu. Gejolak demi gejolak tidak luput menghiasi. Mulai di masa orde lama, orde baru dan terakhir masa reformasi yang sekarang kita jalankan.
Gejolak silih berganti terjadi karena bangsa ini memang bangsa yang besar. Bangsa yang plural, yang memiliki berbeda-beda suku, etnis, dan agama. Sehingga potensi gejolak yang dimiliknya sangat besar. Namun, Alhamdulillah sebesar apapun badai yang mengayuk bangsa ini dari masa ke masa, tapi hingga kini kita tetap utuh dalam satu semboyan Bhineka Tunggal Ika, di bawah pancaran dan semangat Pancasila.
Merdeka, bukan saja berarti lepas dari penjajahan. Tapi lebih dari itu, kita dituntut untuk mengisinya. Dan itu setidaknya telah dibuktikan oleh para pendahulu kita. Kini tugas kita untuk melanjutkannya. Mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dalam situasa dan era yang lebih terbuka. Era yang dilandasi semangat reformasi. Era teknologi dan ilmu pengetahuan. Era globalisasi yang miliki zero batasan bagi kita mengetahui informasi dan peristiwa yang terjadi di belahan bumi ini.
Tentunya kita berharap situasi saat ini yang kian terbuka, sarana dan fasilitas yang lebih memadai, ilmu pengetahuan yang begitu pesat menjadi modal bagi kita untuk memberikan yang lebih besar, lebih bernilai dan lebih berharga dalam mengisi kemerdekaan negara ini dibandingkan pendahulu-pendahulu kita.
Semoga semangat kepahlawanan masih terus membekali kita, anak bangsa Indonesia, mengisi kemerdekaan dengan pembangunan demi tujuan kemerdekaan yang hakiki, kemakmuran bagi seluruh bangsa Indonesia. Dirgahayu ke-68 Indonesiaku tercinta, jayalah selalu. Merdeka (doni rahim)

Next > |
---|