Haluan Riau

Sunday, Mar 17th

Last update08:04:48 PM GMT

You are here: NEWS UTAMA Keluarga Yakin Anaknya tak Bersalah

Keluarga Yakin Anaknya tak Bersalah

BANGKINANG-Kebijakan Polres Kampar menahan tiga tersangka pelaku penganiayaan ter hadap suporter PSPS Kam par, menimbulkan reaksi dari pihak keluarga. Mereka berkeyakinan, anak mereka tidak bersalah dalam peristiwa itu. Pihak keluarga mengaku keberatan dengan penetapan status tersangka tersebut. Pasalnya, banyak orang terlibat dalam tawuran yang mengakibatkan korban tewas tersebut.
Keluarga Selain itu, ketiga tersangka tersebut tidak pernah diamankan petugas, karena pihak keluarga yang mengantarkan anak mereka untuk membantu proses penyelidikan di Kepolisian.
Perihal pengamanan tiga tersangka pelaku penganiayaan, yang berbuntut terhadap tewasnya Tegar Saputra Agara, diungkapkan Kapolres Kampar AKBP Auliansyah Lubis melalui Kasat Reskrim AKP Eka Ariandi, Rabu (13/3). Dikatakan, ketiga tersangka tersebut masing-masing berinisial Lh (17), Bh (17) dan Yp (16).
Ketiganya adalah warga Kota Pekanbaru dan masih berstatus pelajar di salah satu SMA  di Kota Bertuah. Penangkapan terhadap ketiganya berlangsung Selasa (12/3).
"Akan dilakukan penyelidikan dan penangkapan lebih lanjut. Sekarang kita  berusaha lakukan penyelidikan dari keterangan saksi-saksi," terangnya.
Tidak hanya ketiga tersangka, saatini pihaknya juga mengantongi tiga nama tersangka lainnya, yakni Dn, Rb dan Rs. "Ada yang sempat kabur, yakni Rs. Sampai sekarang masih kabur," ucapnya.
Ditambahkannya, rata-rata usia pelaku memang di bawah umur dan masih berstatus pelajar. Karena itu, dalam penanganannya, mereka akan dikenakan pasal perlindungan anak yakni pasal 80 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan terhadap Anak dengan  ancaman minimal tiga  tahun penjara dan maksimal 12 tahun penjara.
Di Luar Dugaan Sementara itu, ketiga tersangka yang ditemui di Mapolres Kampar, mengaku bentrok antara kelompok suporter Curva Nord dan Asykar Theking yang terjadi di Sungai Pinang tersebut, sama sekali di luar dugaan mereka.
Sebelum peristiwa itu terjadi, ketiga tersangka bersama rekan-rekannya dari Pekanbaru, berangkat sebanyak 15 orang dengan mengendarai mobil pick up. Mereka
merupakan anggota kelompok suporter Curva Nord 1955 Distrik Panam, tepatnya di salah satu rumah anggota bernama Is.
Saat berada di tengah perjalanan, tiba-tiba salah satu dari senior mereka yang mereka panggil Bang Dd, memberi tahu bahwa salah satu bus yang berisi pendukung cewek Curva Nord diserang Asykar Theking.
Ketika mereka sampai di tempat kejadian, situasi sudah rusuh dan rekan-rekan tersangka sesama anggota Curva Nord sudah menyebar. Karena merasa panik, ketiga tersangka ikut melakukan pelemparan. Aksi pelemparan terhadap suporter Asykar Theking diakui dilakukan dari jarak sekira 100 meter.
"Suasana kacau, karena orang pada melempar, kami juga ikut melempar," ujar Ih.
Sementara itu, Yp mengaku mengambil batu, karena disuruh salah soerang yang tak dikenalnya. "Saya lari lambat, pas naik ke mobil, ada abang-abang yang giginya  tonggos suruh ambil batu. Saya ingat abang giginya  tonggos. Saya tak ada lempar batu," ucapnya.
Menurut Ih, mereka bukanlah pelaku utama yang melakukan penyerangan. Sebab yang memberhentikan mobil pick up putih yang ditumpangi korban adalah orang yang berada di mobil yang berada di belakang mobil mereka.
Ditambahkan Yp, mereka baru mengetahui ada yang tewas, setelah membaca berita di salah satu media online. "Saya sedih saya kayak bersalah gitu," ujarnya.
Sementara Bh mengaku baru dua bulan bergabung Curva Nord. Tujuannya, hanya untuk memberikan dukungan kepada Tim PSPS. Mereka berkumpul pada malam sebelum PSPS main di kandang. Ketika berkumpul  ini mereka  membicarakan tentang uang pembelian tiket.
Tak Bersalah Penangkapan terhadap ketiga siswa tersebut, mengundang reaksi keras dari pihak keluarga. Mereka menilai anak mereka tak bersalah dalam insiden itu.
Seperti dituturkan oranguta Ih. Ia mempertanyakan kebijakan petugas yang menahan anaknya. Sementara yang terlibat dalam tawuran tersebut, jumlahnya juga banyak.
"Anak saya berada di mobil terakhir. Kami tak bisa membenarkan ini. Jangan seperti itu, itu terlalu memvonis," katanya.
Dia juga membantah anaknya ditangkap. Namun pihak orangtualah yang menyerahkan anak mereka kepada polisi guna membantu polisi mengungkap  kasus tersebut dengan sebenar-benarnya.
"Kemarin, anak saya hanya ditanyai sebagai saksi. Memang kami menyerahkan anak kami ke sini. Bukan dia lari ketika  polisi datang karena  anak kami tak ada di rumah. Begitu anak kami di rumah kita yang telepon polisi," terangnya lagi.
Menurutnya anaknya tak bersalah. Dari cerita anaknya, mereka  konvoi bersama menuju Bangkinang. Saat di tengah jalan, tiba-tiba ada kerusuhan. Tapi entah bagaimana, rombongan anaknya yang sudah ketinggalan rombongan  digerakkan lagi. Mereka hanya sekedar ikut-ikut saja.
Mengenai bergabungnya anaknya dengan kelompok Suporter PSPS, menurutnya karena selama ini penilaiannya positif maka mereka mengizinkan anaknya untuk bergabung dengan suporter sepakbola.
Sementara orang tua dari Yp mengaku tak pernah menaruh curiga terhadap anaknya termasuk bergabung dengan kelompok suporter. "Kalau suporter sifatnya positif. Daripada ikut geng motor. Kasihan kan anak kami masih panjang masa depannya," katanya.
Sementara itu paman Ih menambahkan, selaku orangtua dan pihak keluarga  meminta  aparat Kepolisian mengusut dengan benar. Menurut pengakuan anak-anak yang telah diamankan di Mapoles Kampar, saat bentrok tersebut bukan  mereka saja. "Bukan mereka saja, puluhan, kalau semua ditahan kami siap, silakan proses sesuai aturan," katanya.
Dia minta polisi memulangkan anaknya dulu. Jika keterangannya diperlukan lagi, maka pihak keluarga siap mengantarkan. "Soalnya kemarin bukan ditangkap di jalan, tapi kami yang telepon polisi," tambahnya.  (hir)

AddThis Social Bookmark Button

Add comment


Security code
Refresh