Haluan Riau

Saturday, Sep 21st

Last update08:25:16 PM GMT

You are here: NEWS UTAMA Basko: Tindakan Achmad tidak Sesuai Budaya Melayu

Basko: Tindakan Achmad tidak Sesuai Budaya Melayu

PEKANBARU-Tokoh masyarakat Riau H Basrizal Koto, sangat menyayangkan perlakuan tidak simpati yang diterima Wakil Gubernur Riau Mambang Mit dari Bupati Rokan Hulu Achmad. Sikap seperti itu mencerminkan belum dewasa dalam berpolitik. Seorang pemimpin harus punya etika, tata krama, dan menjunjung tinggi norma-norma kesantunan dan moralitas keteladan. "Sikap Bupati Rohul Achmad, tidak beretika dan tidak sesuai dengan budaya Melayu. Bersalaman saja dia tidak mau menerima, saya sangat menyayangkan dan terkejut mendengar tindakan tersebut. Ini perlakuan tidak terpuji terhadap pemimpin yang kedudukannya diatur dan dijamin oleh undang-undang," tegas H Basrizal Koto, ketika dihubungi di Pekanbaru, Kamis (15/8).
Terpisah tokoh masyarakat dan juga Budayawan Riau, Tenas Effendy, meminta pemimpin harus memiliki sifat arif, bijaksana dalam menentukan sikap, agar dapat menjadi contoh bagi masyarakat. Jika memang ada kejadian yang kurang mengenakkan dalam pandangan dan kepatutan perilaku seorang pemimpin, seperti yang terjadi antara Wakil Gubernur Riau HR Mmbang Mit dengan Bupati Rokan Hulu, Ahmad, sangat perlu disikapi positif oleh siapa saja.
Seperti diberitakan Haluan Riau, pembukaan MTQ Provinsi Riau ke-32 yang digelar di ibukota Kabupaten Rokan Hulu, Pasir Pengaraian, Rabu malam, diwarnai perlakuan tidak pantas terhadap Wagubri Mambang Mit.
Saat prosesi pembukaan panitia lokal setempat tidak menyediakan kursi bagi Wagub Riau ini. Akibatnya, Mambang Mit pun terpaksa meninggalkan acara sebelum dimulai dan kembali ke Pekanbaru.
Tidak itu saja, ketika pawai taaruf kafilah MTQ, panitia juga tidak menyediakan tempat duduk bagi Mambang Mit. Beruntung atas inisiatif Kepala Polda Riau Brigjen (Pol) Condro Kirono, Wagubri akhirnya mendapat tempat duduk yang semula disiapkan untuk Danrem tetapi tidak hadir. Perlakuan tak wajar terhadap Wagubri Mambang Mit, juga dipertontonkan Bupati Rohul Achmad. Ketika itu, Mambang menyodorkan tangan untuk salaman kepada Achmad. Namun bukan menerima salam Mambang Mit, tapi Achmad justru menangkupkan tangan layaknya seorang laki-laki dan wanita yang bukan muhrim bersalaman.
Wagub pejabat negara
Menurut Basko, demikian pengusaha nasional ini akrab dipanggil, ia pun sangat kaget ketika melihat foto di surat kabar yang mempertontonkan arogansi sempit ketika Wagubri Mambang Mit menyodorkan salam kepada Bupati Rohul Achmad. Jangankan menerima salam itu, Achmad malah menangkupkan tangan ke dada seolah-olah bersalaman dengan wanita yang bukan muhrim.
"Benar-benar kaget dan tidak menyangka sama sekali. Masak seorang Bupati tidak menghargai Wagub yang notabene adalah atasannya. Ini sikap yang tidak terpuji. Sikap yang tidak sesuai dengan norma-norma ketimuran apalagi norma dan tata krama dalam tradisi Melayu. Kalau wagub saja tidak dihargai, apalagi nanti rakyat biasa pasti akan lebih dilecehkan," tegas Basko.
Dikatakannya, sebagai seorang Bupati, seharusnya Achmad memberi contoh yang baik terhadap masyarakat. Apalagi acara tersebut merupakan acara islami MTQ, dan ditonton oleh jutaan umat. Sebagai seorang muslim, juga menjadi keharusan untuk menyambut tamu dan menyambut salam seseorang.
"Perilaku sepeti itu bukanlah perilaku seorang pemimpin, didalam agama apapun kita dianjurkan untuk menerima salam. Atas kejadian tersebut tentunya masyarakat bisa menilai sendiri, apakah seperti ini pemimpin kedepan," ungkap Basko.
Selain itu, Achmad juga dinilai tidak dewasa dalam berpolitik, tindakan tersebut bentuk arogansi Achmad. Seharusnya, dia menghormati Mambang Mit yang lebih tua dari dirinya. Mambang hadir sebagai seorang wakil Gubernur Riau, yang seharusnya disediakan tempat yang istimewa, apalagi gawean tersebut merupakan hajat Pemprov.
"Sebagai seorang yang lebih muda seharusnya menghargai yang lebih tua, apalagi Mambang sebagai seorang wakil Gubernur Riau, yang mempunyai hak untuk menghadari acara pemrpov," ucap Basko.
Dalam kaitan itu pula, Basko mengajak masyarakat Riau untuk lebih selektif dalam memilih pemimpin ke depan. Masyarakat Riau harus mampu memilih dan memilah mana pemimpin yang punya etika dan sopan santun dan menghargai sesama. Sebab, yang dibutuhkan Riau sekarang adalah pemimpin yang bermartabat, memiliki moralitas dan menjunjung tinggi norma-norma dan etika.
Harus jadi contoh
Sementara itu, Tenas Effendy, tokoh masyarakat Melayu dan Budayawan Riau, meminta pemimpin harus memiliki sifat arif, bijaksana dalam menentukan sikap, agar dapat menjadi contoh bagi masyarakat.
Jika memang ada kejadian yang kurang mengenakan dalam pandangan dan kepatutan prilaku seorang pemimpin, seperti yang terjadi antara Wakil Gubernur Riau HR Mmbang Mit dengan Bupati Rokan Hulu, Ahmad, sangat perlu disikapi dengan sikap positif, oleh siapa saja. Dengan sikap tanpa kembali membesar-besarkan persoalan yang telah terjadi.
"Kalaupun memang ada kejadian semacam itu atau adanya terjadi hal-hal diluar kepatutan, maka harus disikapi dengan positif. Kita perlu juga berprasangka baik, karena sikap yang terlanjur tersebut mungkin saja merupakan sikap tidak disengaja, atau kealpaan sesuai dengan sifat dari manusia yang kerap berlaku salah,"ujar Tenas Effendy saat dimintai pandanganya tentang fenomena perseteruan dua pemimpin di Riau, Rabu (14/8).
Menurut Tenas Effendy, selaku orang tua, memberikan pandangan kepada semua Pemimpin di Riau, harus bersikap arif dan patut memaklumi apa yang terjadi. Karena sikap tersebut kata Tenas, terjadi karena ada kemungkinan dan sebab, misalnya saja karena masa kesibukan, serta aktifitas yang padat, sehingga sehingga sikap dan tingkahlaku yang terkadang tidak patut tersebut muncul, maka dari itu harus dipahami dan disikapi dengan baik pula.
"Kita perlu pahami, pemimpin yang harusnya bersikap arif dan bijak terkadang mengalami sikap lupa atau tanpa menyadari. Maka dari itu, yang perlu kita sikapi sekarang adalah perasangka yang baik saja untuk dikedepankan. Jika pun itu terjadi, maka tentunya perlu diterima saja dengan dada yang lapang,"ujar Tenas.
Kemudian kata Tenas, yang sangat perlu di pakai oleh pemimpin adalah sikap yang arif dan bijaksan, dalam mengabil sebuah keputusan dan sikap. "Siapapun pemimpinnya, yang jelas ke depannya yang namanya pemimpin itu harus memiliki kearifan, karena akan menjadi contoh bagi masyarakat," sebut Tenas.
"Ini kita sikapi saja dengan bijak, supaya terjadi kedamaian, kerukunan dan ketentraman, apalagi akan menghadapi pesta demokrasi yakni Pilgubri yang sebentar lagi akan dilangsungkan," imbuh Tenas Efendi.
Achmad ngaku trauma
Sementara itu, Bupati Rohul Achmad akhirnya buka suara soal tidak menjabat tangan Wakil Gubernur Riau Mambang Mit saat pawai ta'aruf dan pembukaan MTQ Riau ke-32 tersebut. Diakuinya, untuk acara MTQ ini pihaknya mengundang Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal. Namun karena terlibat kasus hukum, orang nomor satu di Riau itu mendisposisi kepada Sekdaprov Riau Zaini Ismail untuk mewakilinya memberikan sambutan.
"Karena ada disposisi dari Pak Gubernur (Rusli Zainal) kepada Sekda (Zaini), maka nama Wagubri tidak ada dalam daftar tamu, apalagi masalah tamu bukan kewenangan penuh panitia daerah," kata Achmad kepada wartawan di Pasirpangaraian, Kamis (15/8).
Achmad mengakui, saat menghadiri pawai taaruf, dia sempat mempersilahkan duduk Mambang Mit di barisan depan, tepatnya di samping kanan Ketua DPRD Riau Drs. Djohar Firdaus.
Soal tudingan sengaja tidak bersedia bersalaman dengan Mambang Mit, Achmad menjelaskan, selain situasional dia juga berupaya menghindari pengalaman buruk yang membuatnya trauma. Sebab, dia mengaku pernah diperlakukan tidak wajar dan perkataan tidak semestinya oleh Mambang Mit saat mendaftar sebagai calon Gubri di KPU Riau, Mei lalu. (ben/nur/rtc)

AddThis Social Bookmark Button

Add comment


Security code
Refresh