Bangkinang (HR)-Pemerintah Korea melalui Koica Indonesia mengevaluasi pendirian unit pengolahan limbah pabrik kelapa sawit hibah dari Pemerintah Korea yang telah dijalankan beberapa waktu lalu. Pendirian Unit Pengolahan Limbah (UPL) pabrik kelapa sawit yang dibangun di Kampus Politeknik Kampar dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia dan partisipasi dalam pembangunan  daerah di Kabupaten Kampar.
Asisten II Setda Kampar Ali Napiah yang memimpin rapat menyampaikan, kendala yang ada di antaranya soal biaya operasional yang tidak sesuai dengan hasil produksi.
Ikut hadir dalam rapat yang digelar di Kantor Bupati, Jumat (6/12) sejumlah kepala dinas, kantor dan badan serta bagian di Setda Kampar dan tim dari Koica di antaranya Mr Oh Yeon Keum selaku Deputy Representative of Koica Indonesia, Mr Edwan Kardena sebagai Expert from ITB Director of International Corporation Processor of Chemical Engineering, Mr Kim Eui Yong selaku Expert from Korea Prof of the University of Seoul Einer Dean of Faculty of Chemical engineering dan Mr Yang Kwon Seok selaku Program Manager of Ene Korea.
Mr OhYeon Keum menjelaskan walaupun project ini adalah sebagai percontohan namun Pemerintah Korea dan Koica berharap proyek dapat bermanfaat dan memberikan dampak yang baik bagi Kabupaten Kampar terutama bagi perusahaan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Kampar.
Untuk ke depannya walaupun proyek telah selesai dibangun dan digunakan namun masih banyak tantangan yang harus diselesaikan bersama karenanya pada kesempatan yang baik itu OhYeon Keum mengajak Pemda Kampar untuk dapat saling bertukar pikiran dan mengharapkan masukan tentang hasil dan fasilitas yang sudah selesai tersebut. Karena ini merupakan evaluasi standar yang harus dilalui oleh Koica untuk mengetahui perkembangan dan kerja sama ke depan yang lebih baik lagi.
"Kerja sama kedua belah pihak sangat penting karenanya kita dapat membahas apa keinginan Kampar dan kendala ke depan baik soal fasilitas, sarana. Kita juga harus membangun konsesus untuk membangun fasilitas ini ke depan di mana konsesus ini harus dihasilkan dari Pemda Kampar, Pemerintah Korea dan juga dari Politeknik Kampar beserta yayasan dengan saling bertukar pikiran," ujarnya.
Ditambahkan Mr Edwan, di Kampar bisa jadi percontohan bagi Indonesia karena Politeknik Kampar merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi vocational bidang sawit di Indonesia dan telah menjadi kebanggaan bersama.
Tidak kalah pentingnya unit pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit ini dapat menjadi tempat pembelajaran untuk melakukan penelitian dan pengembangan keilmuan tentang limbah cair pabrik kelapa sawit sehingga dapat memberi kontribusi yang besar bagi industri perkelapasawitan di Kampar khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Karena itu tujuan Pemerintah Korea melalui Koica Indonesia akan mengevaluasi kerja sama terhadap masalah apa yang dihadapi termasuk masalah limbah itu sendiri. Dari situ akan ada rekomendasi soal kendala dan kontribusi yang dapat diberikan baik Koica maupun dari Pemda Kampar.
Di samping itu keterlibatan ITB pun dalam pengembangan Politeknik Kampar dalam rangka pembinaan industri, transfer teknologi dan perbaikan ke depannya sangat perlu. Sehingga dari hasil rapat ada tindak lanjut evaluasi untuk kemajuan bersama.
Berbagai masukan diberikan peserta rapat seperti untuk mobil angkutan limbah sawit harus memenuhi standar dan ada spesifikasi, perizinannya harus jelas untuk antisipasi bahaya di jalan, serta soal amdal.
Perwakilan yayasan politeknik Kampar Zamhir, menyampaikan kendala yang dihadapi di antaranya belum ada uji coba hasil limbah olahan. Masalah kapasitas produksi baru bisa 3 ton, belum sampai 10 ton dan tidak sesuai dengan apa yang tertera di mesin. Karena itu belum bisa menutup untuk biaya operasional, begitu juga masalah bahan baku. (adv/humas)

Next > |
---|