PEKANBARU-Ketua umum Federasi olahraga karate Indonesia Riau, H Dheni Kurnia, hari ini, Senin (9/9), akan menerima penghargaan dari pemerintah Provinsi Riau, melalui Dinas Pemuda dan Olahraga, sebagai pembina olahraga terbaik tahun 2013, bersempena dengan peringatan Hari Olahraga Nasional. Terpilihnya Dheni Kurnia sebagai pembina terbaik tahun 2013 ini, setelah melalui seleksi yang ketat yang dilakukan oleh KONI Riau. Dan Dheni Kurnia sejak memimpin Forki Riau, berhasil memajukan dan membawa prestasi yang meningkat bagi perlembangan olahraga Karate di Provinsi Riau.
Salah satu prestasi terbaik yang diberikan oleh Dheni Kurnia, adalah dengan berhasilnya Forki Riau mempersembahkan medali emas pada pelaksaan PON XVIII di Riau 2012 yang lalu. Dan medali emas tersebut menjadi sejarah bagi Karate Riau setelah sejak pelaksanaan PON baru kali ini Riau meraih medali emas, melalui Karateka putri Asmaul Husna. Bahkan Husna pun juga membawa nama harum Riau, dengan dipanggil masuk di Pelatnas, untuk memperkuat Indonesia Sea Games di Myanmar.
Selain itu, perjuangan Dheni Kurnia untuk memasukkan cabang olahraga Karate pada iven Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) tahun ini, juga menjadi catatan tersendiri bagi olahraga pelajar di Riau. Karena selama ini, olahrahga karate tidak dipertandingkan di Popnas. Dan barulah setelah kepemimpinan Dheni Kurnia cabor Karate masuk di Popnas pada eksebisi Popnas di Riau tahun 2011, dan Riau berhasil menjadi juara umum. Untuk selanjutnya Popnas akan dipertandingkan pada setiap iven Popnas.
"Pertama saya mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Provinsi Riau, melalui Dispora, dan KONI Riau, yang telah memberikan penghargaan kepada saya sebagai pembina olahraga terbaik. Penghargaan ini saya persembahkan buat FORKI Riau, karena berkat kerjasama yang baik, kami bisa menjadi organisasi olahraga Karate yang disegani oleh Provinsi lain," ungkap Dheni.
Dikatan Dheni, ada falsafah dalam olahraga karate yakni, perkasa, rendah hati dan luhur budi. Seseorang yang belajar karate, sejak awal sudah didoktrin harus menjadi seorang yang tangguh, tangkas, tak kenal menyerah dan harus memenangkan pertarungan. Namun di balik itu, seorang karateka tidak boleh angkuh, sombong, apalagi takabur.
"Seorang Karateka harus rendah hati, santun, menerima kekalahan atau kemenangan dengan tulus serta berbudi luhur," tutur Dheni Kurnia, yang juga menjabat sebagai Ketua PWI Riau ini.
Falsafah atau ‘Tri Citra Utama Karate’ inilah yang membuat H Dheni Kurnia, hingga kini terus mempertahankan predikat sebagai seorang karateka. Meskipun tak akan menjadi atlet lagi, tapi setiap minggu dia terus berlatih dan mengajarkan karate pada murid-muridnya yang tersebar di wilayah Kabupaten kota se-Provinsi Riau.
Sosok Dheni Kurnia, kelahiran Air Molek, 5 Mei 2962 ini, memang bukan orang baru di lingkungan karateka Riau. Saat ini, Dheni adalah pengurus inti perguruan karate-do Tako (Tangan Kosong) Riau dan Ketua Tako Pekanbaru. Mulai belajar karate sejak kelas satu SMA Mutiara (YLPI) Duri, Mandau, Bengkalis. Dia resmi menjadi anggota Tako tahun 1983 saat menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan Jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Riau (UR) yang dipimpin Guru Koko Sinaga (Dan VII).
Dheni juga menceritakan bahwa, tidak mudah untuk menjadikan seorang karateka handal dan meraih prestasi tertinggi. Perlu strategi dalam bertarung, termasuk pada PON XVIII lalu, dimana dirinya bersama pengurus FORKI lain, mencari seorang karateka yang mempunyai kelas yang tinggi yang mampu bersaing dengan daerah lain. Dan didapatlah Asmaul Husna, yang tidak lain adalah putri dari Aceh.
Husna ditarik ke Provinsi Riau sejak tahun 2010 dan disekolahkan di Riau, dipanggilnya Husna ke Riau, dikarekan dirinya tidak dipakai oleh Provinsi Aceh untuk berbagai pertandingan Karatae. Dan Riau memanfaatkannya, dengan memboyong dan membinanya sampai menjadi seorang Karateka sejati dan meraih prestasi yang gemilang.
"Butuh strategi yang jitu untuk meraih prestasi. Kita membawa Husna ke Riau bukan karena dia sudah berprestasi, tapi dia di buang oleh Provinsi Aceh, dan kita melihat di diri Husna punya talenta, dan dia kita bawa ke Riau, dibina sampai berhasil. Nah inilah salah satu strategi kit, terlepas Husna awalnya dari Aceh tetapi kita sudah menjadikan dia warga Riau," kata Dheni.
Kini ayah enam anak ini, adalah pemegang sabuk hitam Dan IV Karatedo Tako. Pernah menjadi atlet karate Universitas Riau sejak 1984 sampai 1987 dan mengikuti berbagai pertandingan antar perguruan tinggi se-Indonesia. Dheni pernah pula menjadi atlet TAKO di bawah Forki Riau dan mengikuti seleksi atlet untuk PON XI tahun 1985, meskipun dalam seleksi dia dinyatakan kalah bersaing. (nur)

Next > |
---|