Haluan Riau

Thursday, Sep 12th

Last update08:17:05 PM GMT

You are here: NEWS GAGASAN BERANDA : MAPO

BERANDA : MAPO

Di Negeri Ginseng Korea, jembatan tak saja berguna untuk titian ke seberang. Namun sarana penghubung itu dapat dijadikan penangkis jitu bagi warga yang bosan nian dengan kehidupan alias bunuh diri, Mapo. Sebab, rupanya  meregang nyawa dengan cara menghamburkan diri dari jembatan salah satu idola warga Korea menghentikan nadinya. Salah satunya Jembatan Mapo. Membentang penuh pesona di  atas  desir air Sungai Han.
Menurut Organization for Economic Co-operation and Development, angka rata-rata bunuh diri di Korsel tertinggi . Berdasarkan catatan OECD  diketahui pada 2010 angka bunuh diri di Korsel mencapai 33,5 per 100 ribu orang. Setelah Korsel, urutan kedua dan ketiga masing-masing diisi oleh Hungaria dengan angka bunuh dirinya mencapai 23,3 dan Jepang 21,1 per 100 ribu orang. Kebanyakan kasusnya menimpa orang berusia 20 sampai 30 tahun.
Warga Korea yang ‘hobi’ bunuh diri tak pandang strata.  Dari  pebisnis, konglomerat  hingga  Presiden ke-16 Korea Selatan Roh Moo Hyun hanyalah segelintir figur publik yang mengakhiri hidup lewat  bunuh diri. Tentu saja, jangan lupakan ketampanan dan kemolekan  delapan artis mereka  juga mengakhiri catatan kehidupan dengan cara sama.  Bukan tak hendak mencibir sisi gelap  Negeri Ginseng, namun coba tengok upaya pemerintah mereka untuk segera memungkasi bunuh diri warganya.
Awal dibangun, Jembatan Mapo bukan menyisakan catatan kematian . Barangkali sama dengan pemandangan  beberapa jembatan di pusat kota di beberapa daerah tanah air. Begitu surya  menjangkau bibir cakrawala, muda mudi bergelayut manja menanti malam menawarkan kelam.   Dekat ke sini, rupanya Jembatan Mapo berubah fungsi.  Mapo seperti member isyarat,  kalau mau berhenti menyaksikan mentari  untuk terakhir kali, hayo  jatuhkan diri di sini.  Pemerintah Korea secepat kilat membaca gelagat. 
 Kini  ada yang tidak biasa di Jembatan Mapo.  Pemerintah Korea Selatan memasang dua tulisan besar di jalan masuk jembatan. "Bagian terbaik hidup Anda belum datang", begitu bunyi tulisan pertama. Tulisan kedua di jembatan itu adalah "jangan khawatir".  Beberapa tulisan  penyemangat hidup dipahatkan. Kala malam, tulisan itu pun berwarna.   Bahkan di tempatkan pula sepasang patung duduk yang memberi sinyal, jangan bunuh diri deh!
Di Indonesia, WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.  Namun belakangan,  jumlahnya  bergerak naik. Sebuah sumber memperkirakan bahwa setiap hari sekitar 150 orang melakukan bunuh diri di Indonesia. Sebuah  gejala yang membuat  dada sebak. Untungnya, bukan  jembatan yang dijadikan tempat kesayangan. Bunuh diri di tanah air konon polanya mengakhiri dengan di ujung seutas tali.
Di tengah pusaran angin Pemilukada  yang sedang berhembus kencang di beberapa tanah air, konyol saja jika ada cerita mencuat,   kalau ada dari mereka yang berniat setengah mati ingin jadi wakil rakyat, rupanya terjengkang sebelum perang.  Atau kalah suara alias tak  terpilih.  Atau kisah hitam seorang warga bunuh diri ulah jagoannya tak lolos. Saya tak ingin mimpi Jembatan Siak berubah jadi Jembatan Mapo. Iya, kalau pemerintah bergegas berjaga. Kalau tidak. Itu kematian yang sia-sia. Sumpah! ***

AddThis Social Bookmark Button

Add comment


Security code
Refresh