Kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu dan kemenangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah (Jateng) belum lama ini menunjukkan fenomena baru, yakni pemilih dalam kedua pemilihan gubernur tersebut semakin cerdas. Artinya, para pemilih mampu menggunakan hak pilih mereka berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam menentukan pilihan, para pemilih tidak lagi terpengaruh partai mana yang mengusung atau petahana atau bukan, tetapi lebih memperhatikan pribadi calon yang dipilih. Dengan kata lain, integritas sosok kandidat lebih menjadi perhatian pemilih. Dan yang menarik, mereka yang terpilih itu dari golongan muda usia.
Kondisi tersebut sungguh menggembirakan dalam konteks demokrasi. Substansi pemilihan kepala daerah, anggota legislatif, bahkan pemilihan presiden dan wakil presiden, adalah untuk mendapatkan pemimpin yang berintegritas yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Di tengah maraknya kasus korupsi yang terungkap, sosok yang dikenal relatif jujur, bersih, serta merakyat, langsung menarik pilihan pemilih.
Bagaimana dengan Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) 4 September 2013 nanti? Belajar dari hasil kedua pemilihan kepala daerah (pemilukada) tersebut, ajakan menjadi pemilih yang cerdas merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Mencari pemimpin Riau yang berintegritas dalam Pilgubri, mendorong pemilih melakukan proses pengenalan mendalam ihwal calon yang akan dipilih. Salah satu caranya dengan menelusuri rekam jejak calon yang akan dipilih. Rekam jejak ini tidak hanya pada prestasi dan sepak terjangnya di tengah masyarakat, tetapi juga riwayat mereka sejak masa SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Sikap tegas seseorang dalam mengambil keputusan terbentuk semenjak masih kecil.
Riwayat kelam bisa menjadi senjata lawan politik lantaran memegang rahasia gelap masa lalunya. Hal ini dapat menyandera sang pemimpin sehingga tidak dapat bersikap tegas dan objektif. Pembiaran pada berbagai kasus penyimpangan bisa jadi bermuara dari persoalan ini.
Seorang calon pemimpin relatif harus beriwayat bersih dari persoalan etika, moral dan hukum. Ia harus secara tegas berani berkata: Hidupku seperti buku yang terbuka, dan aku tidak malu pada halaman berapa pun dari buku itu! Bila demikian ia akan dapat menjadi teladan dalam penegakan hukum. Bagaimana kita bisa menelusuri rekam jejak para calon gubernur dan wakil gubernur Riau yang akan dipilih masyarakat Bumi Lancang Kuning 4 September nanti?
Setidaknya dapat kita peroleh dari literatur serta media massa, baik cetak maupun elektornik, termasuk media online dan jejaring sosial. Namun, kita juga harus kritis memilah sumber informasi yang objektif.
Kejelian calon pemilih sangat dituntut. Hal ini untuk mencegah sikap pemilih yang asal pilih, yang penting nyoblos, atau bahkan memilih jadi golongan putih (golput). ***

Next > |
---|