Ramadan adalah madrasatun mada al-hayah (sekolahnya sepanjang hayat) karena berkelanjutan mendidik generasi muda.
Ramadhan memuat makna-makna iman pada jiwa manusia, mengilhami mereka arti agama yang hanif, dan memantapkan kepribadian Muslim yang hakiki. Ramadan merupakan sarana yang sangat efektif menghadirkan internalisasi nilai kebajikan guna menghadapi berbagai tantangan yang muncul di tengah masyarakat.
Untuk itu, setiap Muslim hendaknya mengantisipasi kehadiran bulan bertaburan berkah ini dengan mempersiapkan diri, mengoptimalkan daya dan upaya meraih hari esok yang lebih baik (Al-Hasyr:18)
Bulan Ramadan bila dimanfaatkan secara optimal oleh semua unsur, dapat menjadi ajang menumbuhkan empati dan kepedulian sosial, sehingga yang diutamakan bukan hitungan rasional-matematis saja, tetapi ikut ‘merasakan’ derita dan jeritan orang-orang fakir dan miskin.
Karena itu perlu bagi kita untuk kembali merenungkan ungkapan terakhir dari surat Al-Baqarah:183, bahwasanya yang mewajibkan puasa adalah la’allakum tattaqun yang hendaknya dimaknai agar dapat merealisasikan nilai-nilai muraqabatullah, ketaatan, dan kasih sayang secara terus-menerus, tidak hanya di saat Ramadan.
Ramadan juga wahana memupuk solidaritas tinggi antarumat manusia yang disempurnakan pada akhir bulan dengan kewajiban membayar zakat fitrah sebagai manifestasi puncak solidaritas sosial tersebut. Sikap dan kepribadian positif, produktif, empatik, dan menghadirkan keputusan win-win solution adalah sosok pribadi yang lulus secara gemilang dari madrasah Ramadan yang penuh solusi. ***

Next > |
---|