RENGAT-Menjelang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak berbagai macam dugaan penyimpangan dan kecurangan yang dilakukan pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum untuk meraup keuntungan. Misalnya SPBU Bongkal Malang, Kecamatan Kelayang, diduga pengelola SPBU tersebut melakukan penyimpangan distribusi BBM jenis solar dengan cara melayani pembelian menggunakan jeriken kepada industri.
“Anehnya, pembelian menggunakan jeriken ini justru mendapat pengawalan ketat dari oknum anggota Polisi di SPBU tersebut,” kata anggota DPRD Inhu asal Kelayang, Jarfizal, kepada Haluan Riau, Selasa (30/4).
Selain solar, juga terlihat aktivitas pembelian bensin menggunakan jeriken, diduga jeriken-jeriken ini milik masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang minyak eceran. Menjelang kenaikan harga BBM, pedagang pedagang eceran diduga menimbun bensin dan menjualnya kembali pada ketika pemerintah resmi menaikan harga BBM.
Menurutnya, penyimpangan yang dilakukan pengusaha SPBU tersebut dianggap telah melanggar ketentuan Pertamina, bahkan mengangkangi Surat Edaran Menteri Eenergi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI tentang Penggunaan dan Distribusi BBM Bersubsidi.
Dalam surat edaran tersebut, jelas dibunyikan jika BBM bersubsidi telah diatur penggunaannya dan peruntukan khusus bagi masyarakat, bukan untuk pihak industri.
Bahkan, lanjutnya, sekarang ini pemerintah berencana mengatur perbedaan harga BBM antara sepeda motor dengan kendaraan roda empat, apalagi harga BBM bersubsidi dengan industri.
Untuk itu, diharapkan kepada Pertamina, Pemkab dan instansi terkait, segera turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan. Jika, pengelola SPBU tersebut terbukti melakukan penyimpangan, harus ditindak sesuai ketentuan berlaku.
Memprihatinkan Kondisi bahan bakar minyak jenis solar di Inhu makin memprihatinkan. SPBU merajalela menjual ke pengecer yang menggunakan jeriken dan juga tangki modifikasi dan ini membuat masyarakat dan kendaraan umum sulit mendapatkannnya.
Pantauan Haluan Riau di SPBU Rengat, Senin (29/4) malam, ratusan jerigen antre pada bagian pengisian Solar. Setiap selesai melakukan pengisian, pengecer akan mengangkat jeriken mereka keluar SPBU di mana sudah disiapkan kendaraan roda dua dengan menggunakan keranjang sebagai pengangkut ataupun mobil.
Selain itu, terlihat adanya beberapa mobil pick up yang langsung melakukan pengisian di pompa bensin dalam jumlah yang banyak dan mobil kijang super lama yang di dalamnya terdapat tangki yang sudah dimodifikasi. Akibat hal tersebut terjadi antrean yang cukup panjang pada SPBU dan tak jarang terjadi keributan seperti yang terjadi pada Minggu (28/4). Di mana, para supir menendang jerigen-jerigen yang antre, beruntung pertikaian dapat diredam.
Pengakuan pengecer, mereka mengisi setiap jerigen 35 liter dengan harga Rp150 ribu bahkan ada yang satu jerigen 40 liter, yang tentunya akan lebih tinggi lagi, dengan harga Rp4.800 per liter.
Di antara mereka, mengaku BBM tersebut ada yang mereka jual ke pedagang eceran, atau dijual sendiri dan ada juga yang dijual ke industri."Kalau dalam jumlah banyak jerigennya, rata-rata akan dijual untuk industri di Rengat dan sekitarnya serta untuk kendaraan angkutan besar," ungkap salah seorang yang enggan disebutkan namanya.
Ditambahkannya, biasanya pengisian dilakukan pada malam hari jelang subuh. Biasanya setiap hari solar atau bensin datangnya pukul 23.00, WIB, sebelum mobil Pertamina datang sudah akan antre untuk pengisian.
Kondisi seperti ini juga yang akhirnya membuat solar sulit didapat pada siang harinya, karena penjualan secara besar-besaran sudah dilakukan. (eka/rez)

Next > |
---|