PEKANBARU-Hingga saat ini carut marut pembangunan Pasar Cik Puan Pekanbaru tak kunjung tuntas. Tidak ada kepastian kapan pasar yang terbengkalai itu diselesaikan. Pengamat perkotaan Mardianto Manan menilai Walikota Pekanbaru bersikap plin-plan dalam menyelesaikan persoalan pasar tersebut.
Bahkan sampai saat ini masih sibuk dengan pro dan kontra apakah pembangunan pasar itu dilanjutkan dengan menggunakan APBD atau dana pihak ketiga. Selain itu 'pertengkaran' berebut hak atas pasar itu antara Pemko Pekanbaru dengan Pemprov Riau juga belum tuntas. Akibatnya, warga kota yang selama ini mencari nafkah di pasar itu nasibnya jadi terkatung-katung.
Mardianto
Menanggapi persoalan Pasar Cik Puan ini, pengamat perkotaan, Mardianto Manan, terkesan juga bingung dengan kebijakan Pemerintah Kota dalam menyelesaikan Pasar Cik Puan tersebut. Dia mengaku belum mengetahui secara pasti kemana arah program pembangunan Kota Pekanbaru saat ini. Bahkan dia menilai Walikota Pekanbaru saat tidak memiliki komitmen.
"Dapat kita lihat pada masa Walikota Herman Abdullah, pembangunan Pasar Cik Puan tersebut banyak menelan APBD. Namun dimasa Firdaus pembangunan itu dihentikan dengan berbagai alasan, di antara, akan diserahkan pengerjaanya pada Pemprov Riau, diserahkan pada pihak ketiga, dan sekarang berasalan tidak ada anggaran untuk pembangunan tersebut. Dari situ saja kita telah dapat menilai bahwa Walikota Pekanbaru saat ini tergolong plin-plan," ungkap Mardianto Manan Pengamat perkotaan kepada Haluan Riau, Kamis (14/2).
Harus Komitmen Menurutnya, Pemerintah Kota harus komitmen dan konsisten dengan rencana awal. Jika sudah jelas awalnya menggunakan anggaran daerah maka selesaikan dengan anggaran daerah jangan diserahkan pada pihak lain, apalagi pihak ketiga. Hal itu pasti akan membuat persoalan semakin panjang karena pondasi bangunan telah jadi dan itu harus dibahas lagi dari awal.
"Jika sempat diserahkan pada pihak ketiga, itu akan sangat merugikan pedagang kecil, karena rencana pasar yang dibuat adalah pasar tradisional semi modern akan berubah menjadi pasar modern. Itu membuat pedagang sayur dan pedagang kecil lainnya secara tidak langsung tergusur karena biaya yang dikeluarkan sangat mahal," paparnya.
Mainan Anak-anak
Lebih lanjut Mardianto mengatakan, Walikota harus tegas dan jelas karena dialah yang mengetahui kemana arah pembangunan kota ini. Jangan sampai pembangunan Pasar Cik Puan seperti permainan anak-anak buat rumah-rumahan, pas habis bahan maka dibiarkan saja.
"Ini adalah perencanaan yang sangat ceroboh dan menyengsarakan masyarakat. Karena lamanya pembangunan banyak warga dan pedagang yang menerima dampaknya," terangnya.
Menyinggung mengenai, apa yang diharus dilakukan Pemko, Mardianto berpendapat Walikota harus membahasnya lagi dengan DPRD Kota Pekanbaru sehingga bengkalai pasar itu tidak berlarut-larut.
"DPRD punya fungsi menetapkan anggaran dan regulasi sehingga di dalam forum tersebut akan banyak masukan kemana Cik Puan kedepannya," ujarnya.
Disisi lain, ketika Haluan Riau mencoba mengkonfirmasi kelanjutan Pasar Cik Puan, Walikota Pekanbaru melalui Kabag Humas Pemko, Hariz Rozie mengatakan, Pemko saat ini sedang melakukan pengkajian ulang mengenai kelanjutan pasar tersebut. Dia menilai pasar-pasar modern yang ada di Pekanbaru lebih cenderung sepi dibandingkan dengan pasar tradisional.
"Kita lihat Pasar Rumbai dan Pasar Kodim yang telah berubah dari tradisional menjadi modern. Hal itu jangan sampai terjadi pada Pasar Cik Puan. Karena itu Pemko masih mengkaji lagi," ungkapnya.
Ketika diminta mengenai kejelasan pembangunan, dia mengaku belum mengetahui secara jelas hal tersebut dan menurutnya Pemko akan memberikan solusi terbaik untuk pedagang dan pemerintah. "Fokus kita win-win solusion, dan ini lah yang masih kita kaji," tutupnya.***

Next > |
---|