Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Raja Sapta Oktohari mengharapkan ada regulasi khusus dari Pemerintah untuk pengusaha muda. Dicontohkan, di Singapura, anak SMA sudah bisa membuat perusahaan sendiri. Sementara di Indonesia masih tersandung pada birokrasi yang terlalu panjang dan mahal. Tidak hanya itu, untuk pengurusan juga meminta syarat yang sangat banyak.
Selain itu, pemerintah juga diminta berani merubah sistem perbankan. Kegagalan ekonomi pada 1998 lalu jangan menjadi trauma yang membuat pemerintah tidak berani mengambil tindakan tegas untuk perubahan sistem perbankan ini.
"Pemerintah banyak punya bank plat merah, jangan hanya mau mengambil untung, tetapi juga harus berani membuka peluang investasi untuk pengusaha pemula," tegas Raja Sapta Oktohadi ketika melakukan kunjungan di Pekanbaru, Jumat (2/11).
Ditambahkannya, ke depan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) akan terus mencetak pengusaha muda yang baru. Selain mencetak pengusaha muda, Hipmi juga akan memperjuangkan payung hukum yang akan menjamin kesuburan dari pertumbuhan pengusana pemula itu sendiri.
Di sisi lain, Raja Sapta mengatakan perkembangan pada kelompok menengah di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, yang berkembang itu dari sisi konsumtif, bukan produktif.
"Sekarang di Indonesia kelompok menengahnya semakin membesar, namun ini masih dari sisi konsumtif. Hal ini sangat membahayakan karena akan menjadi babel nantinya," ujar Raja Sapta Oktohadi.
Dikatakannya, saat ini yang terpenting adalah bagaimana menjaga kepastian dari pertumbuhan pengusaha pemula atau pengusaha muda itu sendiri. Tidak hanya itu, payung hukum untuk para pengusaha pemula yang merupakan produk pemerintah ini juga harus dipertimbangkan, jangan sampai nanti banyak sektor investasi di Indonesia yang didominasi oleh pengusaha asing.(zal)
Next > |
---|