Haluan Riau

Friday, Oct 26th

Last update07:56:40 PM GMT

You are here: NEWS UTAMA Tak Jelas Penyebab Jatuhnya Pesawat

Tak Jelas Penyebab Jatuhnya Pesawat

PEKANBARU-Bangkai pesawat tempur Hawk 200 TT-0212 TNI AU yang jatuh, Selasa (16/10) di Jalan Amal, Desa Pandau Jaya Siak Hulu, Kampar, dievakuasi, Rabu (17/10). Sementara hingga kini belum jelas penyebab jatuhnya pesawat naas tersebut. Sejumlah kendaraan pendukung seperti 1 unit mobil crine, 1 unit mobil tronton pengangkut, 1 unit mobil pemadam dan dua unit mobil operasional TNI AU didatangkan ke lokasi jatuhnya pesawat. Sesaat sebelum evakuasi, seorang personel TNI AU mulai mengumumkan melalui pengeras suara kepada seluruh warga sekitar agar melihat proses evakuasi dari radius 350 meter.
Evakuasi dibantu Tim Demolisi atau penjinak bom (Jibom) dari Madiun yang terdiri dari lima orang personel. Pantauan Haluan Riau di lokasi, meski tak sebanyak sehari sebelumnya, masyarakat di sekitar jatuhnya pesawat masih tampak tertarik untuk mengetahui proses evakuasi.

Haryanto, salah satu warga sekitar mengaku, awalnya ia masih ketakutan jika sewaktu-waktu akan ada lagi bagian pesawat yang meledak. Namun, setelah sehari berlalu ketakutan itupun sudah tak ada lagi. "Saya datang ke sini mau lihat langsung bagaimana pesawatnya diangkut," ucapnya.

Sementara itu bersamaan dengan evakuasi pesawat, sekitar 200 wartawan di Pekanbaru mengadakan demonstrasi menyampaikan aspirasi keprihatinan  ke DPRD Riau. Di kantor dewan sejumlah wartawan dari berbagai organisasi, diterima oleh Ketua DPRD Riau H Johar Firdaus. Menurut Johar pihaknya juga menyesalkan tindakan brutal oknum TNI tersebut. Karena itu dia berjanji segera menjembatani perselisihan antara Danlanud dengan wartawan. "Saya ikut menyesalkan peristiwa ini," tegasnya.

Cari Misil

Tepat pukul 13.30 WIB, proses evakuasi pun dimulai. Berbekal sekop dan cangkul, belasan personel TNI AU terlihat mulai menggali tanah di sekitar lokasi jatuhnya pesawat untuk mencari terlebih dahulu dua buah misil yang diperkirakan tertimbun ke dalam tanah saat pesawat jatuh. Meski saat evakuasi, kondisi cuaca sedang panas terik, namun petugas tetap terus melanjutkan jalannya evakuasi.

Selain itu, terpal yang sebelumnya dipasang untuk menutup seluruh badan pesawat juga mulai dibuka. Saat terpal dibuka, badan pesawat yang utuh diperkirakan hanya 2/3 nya saja di mana sebagian besar yang masih utuh adalah sisi ekor pesawat. Sedangkan moncong pesawat tepat pada posisi pilot sudah hancur.

Pantaun lain, saat proses evakuasi berlangsung, sikap petugas yang berada di lapangan tampak lebih ramah."Ibu dan bapak-bapak semuanya, kami mohon bantuannya ya untuk mundur. Karena dikhawatirkan berbahaya jika terlalu dekat," ujar salah seorang petugas.

Sementara itu, Danlanud TNI AU, Kolonel Bowo Budiarto menjelaskan, dalam mengevakuasi pesawat, pihaknya mendatangkan Tim Demolisi dari Madiun karena tim tersebut lebih memahami dan mendeteksi kondisi misil atau rudal pesawat yang tertimbun di dalam tanah.

Bowo menambahkan, di pertengahan evakuasi tim tersebut sudah menemukan 1 misil dan masih mencari 1 misil lainnya. Pesawat ini saat terbang membawa dua misil high explosive, jadi mereka tidak berani jika hanya anggota saja yang dilibatkan melakukan evakuasi. Oleh karena itu didatangkan Tim Demolisi dari Madiun untuk membantu jalannya evakuasi ini.

"Baru 1 misil yang ditemukan dan anggota masih mencari 1 misil lagi. Kalau saja tidak ada misil yang dicari, mungkin dalam setengah jam bangkai pesawatnya sudah selesai di evakuasi," paparnya sembari menambahkan, pihaknya secara resmi memohon kepada institusi wartawan serta korban pemukulan, untuk memaafkan insiden yang terjadi saat pesawat terjatuh. Saat itu beberapa oknum TNI AU sudah melakukan kekerasan terhadap sejumlah wartawan yang meliput. "Kami benar-benar minta maaf," tambahnya.

Meski harus berjibaku menggali setiap tanah di lokasi pesawat jatuh, pukul 15.50 WIB sore, petugas pun akhirnya berhasil menemukan misil kedua dan langsung mengamankannya. Usai menemukan kedua misil pesawat tersebut, petugas lalu mulai mengangkat bangkai pesawat menggunakan crine dan memindahkannya ke truk tronton yang telah disediakan sebelumnya.

Proses pemindahan bangkai pesawat itu sendiri tidak berlangsung mudah, bahkan sebelum dipindahkan ke tronton, petugas terlebih dahulu memasang sejumlah ban pada badan truk sebagai alas untuk badan pesawat yang akan dipindahkan. Setelah semua itu selesai dan bangkai pesawat sudah dipindahkan, bangkai pesawat itu kembali ditutup dengan terpal. Setelah berlangsung selama 3 jam, tepat pukul 17.00 WIB, bangkai pesawat pun selesai dievakuasi dan langsung  dibawa ke Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

Belum Diketahui

Di lokasi yang sama, Pangko Ops AU 1, Marsekal Muda (Marsda) Bagus Puruhito memberikan keterangan resmi terkait jalannya proses evakuasi pesawat. Kepada sejumlah wartawan, Bagus menjelaskan, penyebab jatuhnya pesawat Hawk naas tersebut belum jelas dan belum bisa diketahui karena masih dalam proses penyelidikan. Di mana, penyelidikan tersebut akan memakan waktu lama dan tidak bisa dilakukan dalam sebentar.

 Bahkan kata dia, penyelidikan bisa memakan waktu satu hingga dua bulan, tergantung permasalahan yang nantinya ditemukan. Dia juga menjelaskan, untuk mengetahui sebab jatuhnya pesawat, ada lima tahapan yang harus dilakukan dalam penyelidikan tersebut, mulai dari memeriksa manusia (human), material, median lokasi, Manajemen serta misi yang dilakukan sebelum pesawat jatuh.

"Proses evakuasi pesawat sudah dilaksanakan, tadi yang masih tersisa adalah bagian nose (hidung) pesawat, sayap pesawat dan beberapa amunisi atau misil. Penyebab jatuhnya pesawat masih dalam proses penyelidikan, proses penyelidikan ini tidak bisa dalam sehari atau dua hari karena memerlukan waktu yang cukup lama. Bisa sebulan ataupun dua bulan tergantung permasalahnya apa. Pesawat ini memang pesawat tempur yang melakukan misi latihan, jadi membawa persenjataan, tetapi itu sudah berhasil kita amankan. Ada dua amunisi atau misil yang dibawa pesawat. Bangkai pesawat rencananya akan dibawa ke Lanud Pekanbaru untuk sementara. Kondisi pilot juga dalam keadaan baik,"ujarnya.

Misil pesawat terkubur di dalam tanah sedalam 1 meter. Karena tanahnya sangat padat, maka petugas pun memang harus menggalinya terlebih dahulu untuk mengeluarkan misil non aktif tersebut. Sedangkan Terkait insiden jatuhnya pesawat Hawk ini, di Pekanbaru TNI AU saat ini masih memiliki 16 unit pesawat dengan jenis yang sama.

Robert Diproses Hukum

Sementara itu, perihal kasus penganiayaan yang dilakukan perwira TNI AU, Letnan Kolonel Robert Simanjuntak terhadap beberapa wartawan sehari sebelumnya, Bagus menegaskan, dalam waktu dekat Letkol Robert Simanjuntak yang menjabat sebagai Kepala Dinas Personil TNI ini akan segera dimutasi dan diproses sesuai hukum berlaku. "Dan kepada Letkol Robert pasti akan ada tindakan dan proses hukum yang akan diberikan padanya. Kemungkinan dalam waktu dekat ini yang bersangkutan akan segera dimutasi. Selain itu yang bersangkutan juga akan diproses sesuai hukum," jelasnya.

Sebelumnya, puluhan wartawan dari berbagai kalangan, mendatangi Kantor DPRD Riau, sehubungan aksi kekerasan yang diterima sejumlah wartawan, saat meliput peristiwa jatuhnya pesawat Hawk, Selasa kemarin. Wartawan meminta agar DPRD Riau memanggil sejumlah petinggi TNI AU untuk mempertanggungjawabkan  masalah ini kepada wartawan.

Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Riau Johar Firdaus mengatakan tindak kekerasan itu sangat dikesalkan. Ia juga berjanji dalam waktu dekat akan menjembatani antara Danlanud dengan wartawan. "Kita janji akan menjembatani, dengan secepatnya memanggil Danlanud," ungkap Johar. (sar)

Add comment


Security code
Refresh