Mendung duka menyelimuti seluruh karyawan dan pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Betapa tidak, mereka kehilangan sosok yang selama ini menjadi panutan dan teman cerita. Dia adalah, Djati Sussetya, mantan Manager General Affairs PT Chevron Pacific Indonesia, meninggal dunia Senin (8/10) pukul 08.10 WIB di Rumah Sakit Awal Bros, Pekanbaru.
Karena pandai bergaulnya, terlihat seluruh karyawan Chevron bahkan pensiunan, kerabat, sahabat dan para pejabat di Provinsi Riau memberikan ucapan duka mendalam secara langsung dan melalui karangan bunga yang terpajang di sepanjang jalan rumah almarhum di Komplek Griya Indah Blok D Nomor 12, Rumbai, Kota Pekanbaru.
"Mas Djati itu orang baik, saya tak bisa berkata apa-apa, hanya diam," ucap Policy General and Public Affair PT CPI, Usman Slamet, saat ditanya tentang kenangan dan penilaiannya terhadap almarhum, Senin (8/10) pukul 08.10 WIB di Rumah Sakit Awal Bros, Pekanbaru.
Dikatakan Usman, almarhum adalah sosok yang menjadi panutan dan teman cerita, sahabat dan teman sharing bagi mereka selama ini.
Meski pun almarhum sudah pensiun setahun ini, namun almarhum masih mau memberikan masukan tentang apa saja demi kebaikan.
"Kami benar-benar kehilangan seorang sahabat, teman dan saudara untuk sharing. Bahkan saya dan Mas Djati itu sudah ada janji soal pendidikan mau mendiskusikan minggu depan. Tapi Allah berkehendak lain. Kami benar-benar kehilangan," sebut Usman di rumah duka.
Istri almarhum, Dianpramanasari yang terlihat begitu tabah menghadapi cobaan bersama ketiga anaknya, menceritakan, almarhum sudah setahun belakangan ini menderita sakit stroke.
Namun berkat semangat almarhum yang sangat tinggi secara perlahan, almarhum mampu bangkit dan bisa kembali beraktivitas.
Namun pada Minggu (7/10) pagi tiba-tiba almarhum yang saat itu tinggal berdua saja di rumah dengan anak bungsunya, Senapati, karena dirinya harus ke Yogjakarta menemai anak keduanya yang kuliah di UGM, Kanea, dirawat di rumah sakit di Yogjakarta, terjatuh saat akan ke dapur.
Saat almarhum jatuh, kenangnya, Senapati sedang berada di kamar dan tidak mendengarkan kejadian itu. Ketika anak bungsunya keluar, Senapati melihat almarhum sudah terjatuh, namun tidak terbentur.
"Anak bungsu saya memanggil tetangga, karena saya sedang ada di Yogjakarta, karena anak kedua saya yang kuliah di UGM, Kanea sedang sakit dan saya sudah minta izin beliau untuk mendampingi Kanea di rumah sakit di Yogjakarta," urainya.
Masuk ICU
Para tetangga, lanjutnya, membawa almarhum ke Rumah Sakit Medikal di Chevron sekitar pukul 09.00 WIB dan kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Awal Bros sekitar pukul 11.00 WIB.
"Saya dari Yogjakarta bersama anak kedua saya langsung berangkat ke Pekanbaru dan sampai sore Minggu di Pekanbaru begitu dikabari suami saya dirawat di rumah sakit," sebutnya.
Di rumah sakit, almarhum langsung masuk ICU dan tidak bisa bicara lagi. Namun almarhum merespon setiap kali diajak bicara melalui tatapan mata dan airmata yang terlihat mengalir.
"Padahal hari Sabtu, beliau masih berolahraga bahkan nonton bola jam 2 pagi dan nelepon saya," kenang Dian.
Dian menuturkan, kalau almarhum ini tidak pernah mengeluh kalau sakit. Dia tidak mau orang lain tahu bawah dia itu sakit. Bahkan Dian, sebagai istri selalu mengajak almarhum kemana saja menemaninya meski yang nyetir itu dirinya.
"Saya selalu mengajak mas Djati pergi ke bank atau kemana saja agar dia merasa tetap saya bergantung kepadanya, meski yang neytir saya," ucapnya sedih.
Di rumah duka, terlihat sekali wajah istri almarhum dan anak-anaknya begitu ikhlas dan tabah menghadapi musibah ini. Semua itu tak lain karena almarhum selalu berpesan untuk jangan pernah mengeluh, tak boleh sedih. Dan nasehat itu benar-benar dijalani oleh istrinya dan kedua anaknya. Karena anaknya yang pertama, Rangga, sekitar pukul 19.00 WIB tiba di Pekanbaru, Senin (8/10).
Menurut istri almarhum, Dianpramanasari, tidak ada tanda-tanda kalau suaminya akan meninggal. Hanya saja, tiga hari sebelum meninggal, almarhum bersilaturahmi kepada teman-teman lama dan wartawan.
Peduli
Terpisah, Ketua PWI Riau, H Dheni Kurnia saat ditanya tentang sosok almarhum Djati Sussetya, mengatakan, kalau almarhum adalah sosok yang peduli terhadap pers.
Dibutkikan dengan selalu memberikan bantuan untuk penerbitan buku PWI dan beasiswa S2 bagi wartawan di Riau. "Mungkin belum ana yang sebaik Pak Djati saat ini, karena beliau itu begitu peduli terhadap insan pers dan membantu penerbitan buku serta beasiswa S2 wartawan," ucap Dheni Kurnia di Haluan Riau, kemarin.
Sedangkan Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Desmianto yang terlihat melayat menuturkan, Pekanbaru kehilangan sosok Djati Sussetya yang ramah dan sangat akomodir sekali.
Di mata Desmianto, almarhum orang yang sangat bagik dan kepada tetangga di Rumbai itu sangat peduli.
"Beliau ini sosok yang sangat ramah, low profil dan akomodir, karena itu kita sangat kehilangan beliau," tuturnya usai melayat.
Sedikit tentang almarhum Djati Sussetya. Dia dilahirkan di Bantul, 23 Januari 1956. Mulai bekerja di CPI sejak 11 Januari 1982 dan pensiun 1 Februari 2012 yang lalu. Istri Dian Pramanasari dnegan dua putera (Rangga dan Senapati) dan satu puteri Mayang Kania.
Almarhum semasa hidupnya aktif di berbagai organisasi, seperti, di Perhimpunan Humas Seluruh Indonesia sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Cabang Perhumas Riau 2002-Sekarang dan Ketua Kagama Riau.
Anak tertua almarhum, Rangga, baru sampai dari Korea pukul 20.45 WIB dengan mengenakan jaket berwarna hitam. Rangga langsung dipeluk sang ibu dan diminta untuk tabah.
Menurut Mayang, sang ayah, sangat memotivasi dirinya hingga ia duduk di perguruan tinggi, tepat di Universitas Yogayakarta jurusan Hubungan Internasional.
Bagi Mayang dengan air mata yang akhir jatuh lagi, segalanya yang ada dalam diri ayahnya telah membentuk kepribadiannya. "Segalanya hingga saya bisa duduk dan memiliki kemampuan karena motivasi sang Ayah," ujarnya menyeka air mata.
Selanjutnya Senapati yang juga duduk bersama sang kakak tampak tabah dan tidak kalut ketika didapati Haluan Riau. Sifat tenangnya tampak terpancar dari wajah dan cara bicara
Senapati yang kelihatan dewasa dari umurnya ini. Menurut Sen nama panggilan kecil sang adik ini, masih berdialog kecil bersama ayahnya ketika Minggu Malam sang ayah ingin tidur duluan karena akan noton bola pada tengah malam.
"Ayah bilang akan tidur duluan, karena nanti akan nonton bola. Kamu belum tidur Sen," papar Sen menerangkan kronologis kebersamaan dirinya dengan sang Ayah.
Namun pagi Minggu sekitar pukul 08.00 WIB, Sen mendapatkan ayahnya tergeletak di ruangan nonton. Saat itu juga Sen meminta bantuan tetangga untuk membantu snag ayah masuk ke rumah sakt Chevron, sebelum dikirimkan ke Awal Bros.
Menurut Sen, ayahnya banyak mengajarkan ia untuk bisa mandiri dan rendah hati. Sang ayah selalu membentuk dirinya untuk memiliki jiwa yang tenang dan bisa menjadi orang yang dewasa."Ayah segalanya bagi kami,'ujarnya.
Almarhum disalatkan di Masjid Madinatul Ilmi-Politeknik Caltex Riau pukul 21.45 WIB kemudian dimakamkan di pemakaman YKPI Rumbai.
Hadir sebelum dimakamkan Gubernur Riau, HM Rusli Zainal dan Ny Septina Primawati Rusli, mantan Ketua DPRD Riau, Chadir dan pejabat lainnya.
Selamat jalan mas Djati, semoga amal dan ibadahmu diterima di sisi Allah SWT. Kebaikanmu akan selalu dikenang. ***
CV:
Djati Sussetya
• Tempat Tanggal Lahir: Bantul, 23 Januari 1956
• Masuk CPI pada 11 Januari 1982
• Pensiun 1 Februari 2012
• Keluarga yang selalu mendukung;
Isteri tercinta: Dian Pramanasari
2 Putra: Rangga & Senapati
1 putri: Mayang Kania
• Aktif di berbagai organisasi, seperti
1. Perhimpunan Humas Seluruh Indonesia sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Cabang Perhumas Riau 2002 - Sekarang
2. Ketua Kagama Riau
• Perjalanan karirnya di PT Chevron Pacific Indonesia:
1) 2010 - 2012 : Manager General Affairs
2). 2010 : General Manager PGPA Sumatra
3). 1998 - 2010 : Manager Public Affairs Sumatra
4). 1996 - 1998 : Manager General Services Bekasap
5). 1995 - 1996 : Manager HR Plan & Development
6). 1993 - 1994 : Superintendent Land Transport Minas
7). 1992 : Quality Consultant Planning and Budget
8). 1989 - 1992 : HD Instructor Employee Dev. & Training
9). 1988 – 1989 : Sr. Supervisor Government Relations
10). 1986 – 1988 : Special Assignment
11). 1982 – 1986 : Government Relations
Next > |
---|