TELUK KUANTAN-Kendati pihak Kepolisian telah banyak mengamankan kapal Penambangan Emas Tanpa Izin serta mengamankan sejumlah pelaku dan pemilik kapal namun masih banyak dalang atau pemilik kapal ini yang belum tertangkap. Layaknya sebuah organisasi yang terkoodinir dengan kuat, saat ini masih banyak dalang di balik aktivitas PETI yang berkeliaran, karena aktivitas ini terorganisir dengan baik.
Informasi terangkum, aktivitas PETI di sepanjang aliran Sungai Kuantan terlihat jumlahnya di satu lokasi melebihi tiga kapal dan bahkan mencapai puluhan kapal. Dari jumlah tersebut ternyata ada ketua organisasi yang mengatur tempat-tempat penambangan dan mengutip setoran ke setiap kapal yang beroperasi, dan memberikan sejumlah keuntungan bagi masyarakat yang mengaku pemilik tanah di tebing Sungai Kuantan.
Agar aktivitas ini tetap aman tidak dilakukan razia, ketua yang mengelola lokasi penambangan dialiran Sungai Kuantan ini juga menjanjikan pemasukan uang untuk desa, mengatur aliran dana ke sejumlah oknum agar aktivitas tetap aman dan tidak terkena razia.
Informasi dari sejumlah warga, aktivitas PETI tetap berjalan aman tanpa ada penertiban, walaupun kondisi air sungai dari hasil labor yang dikeluarkan BLHPI Kuansing sudah tidak layak lagi digunakan untuk mandi dan minum. Namun saat ini aktivitas tetap berlangsung dengan marak di sejumlah lokasi.
Bahkan aktivitas dibagian hulu kuantan sejauh ini belum terjamah razia, sementara jumlah kapal PETI semakin bertambah. Sementara itu, di bagian hilir Desa Banjar Guntung sampai ke sejumlah desa ke Gunung Toar aktivitas masih marak dan terlihat dari jalan Nasional dengan mengepulnya asap hitam pertanda kapal dompeng ini masih beroperasi.
Komitmen Kapolres Kuansing untuk memberantas aktivitas PETI sering disampaikan melalui media, namun kenyataan di lapangan terlihat jajarannya tidak melaksanakan razia. Bahkan aktivitas ini seolah dibiarkan. Beberapa hari lalu, Kapolres sudah memanggil Kasat Reskrim untuk penertiban PETI, namun sejauh ini belum terdengar adanya operasi penertiban sementara aktivitas makin berani dan telah berada di tengah kampung dan membuat masyarakat tidak nyaman.
Salah seorang sumber Haluan Riau menyebutkan, bahwa masyarakat yang menolak keberadaan kapal PETI ini telah diintimidasi oleh pelaku dan ketua organisasi yang mengatur agar aktivitas tetap aman. "Banyak masyarakat yang menolak, namun keamanan masyarakat terancam kalau bicara apalagi kalau dilaporkan ke pihak Kepolisian,"kata warga yang tak mau ditulis namanya itu.
Direktur Eksekutf Walhi Riau, Hariansyah Usman kepada Haluan Riau, Selasa (20/11) mengatakan, masalah setoran itu sudah pasti. Menurutnya sejak kapal dompeng pertama masuk ke sungai, adanya indikasi praktek setoran sudah terjadi, dan untuk memberantas praktik setoran tersebut sangat mudah, tinggal kemauan aparat dan Pemkab Kuansing. "Tinggal apa mau atau tidak aparat dan Pemkab ini bersinergi melakukan operasi penertiban,"katanya.
Walhi mendesak pihak Kepolisian khususnya Polres Kuansing untuk menangkap juragan kapal dompeng ini, jangan hanya pekerja yang diamankan. Setelah ditangkap baru ditelusuri siapa pejabat dan aparat yang selama ini menerima setoran dari aktivitas PETI tersebut. "Ini korupsi penyalahgunaan wewenang namanya,"katanya. (ROBI SUSANTO)
Next > |
---|