PEKANBARU-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pekanbaru memastikan, memasuki awal Mei, puncak curah hujan di wilayah Riau mulai mengalami penurunan. Hal ini mengingat, secara klimatologi puncak curah hujan di Riau berada pada bulan April. Meski demikian hujan lebat disertai petir masih akan terjadi.
Analisis BMKG Pekanbaru, Yudhistira Mawaddah mengatakan kendati intensitas hujan lebat sudah mulai menurun, hujan masih tetap akan terjadi meski tak sebanyak pada masa puncaknya di bulan April lalu. "Puncak curah hujan di Riau ada pada bulan April kemaren. Jadi di awal Mei ini puncak penghujannya sudah turun, namun masih tetap dalam kategori musim hujan," ujar Yudhistira kepada Haluan Riau, Minggu (5/5).
Menurut Yudhis, prakiraan peluang hujan yang akan terjadi saat ini masih bersifat ringan-sedang. Terkonsentrasi di wilayah Riau bagian tengah seperti Pekanbaru, Siak, Pelalawan serta wilayah Riau bagian pesisir timur yakni Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir, Bengkalis dan Dumai.
Disinggung mengenai gangguan daerah tekanan rendah di Samudera Hindia yang terjadi di bagian barat Sumatera, wanita berjilbab ini mengaku daerah tekanan rendah tersebut masih ada. Bahkan sudah sejak beberapa pekan lalu. Selain itu, ia mengatakan saat ini terdapat pula pusaran angin (Eddy) tertutup di Sumatera bagian tengah seperti Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. "Jika terjadi pusaran angin tertutup ini, maka ke tiga daerah tersebut juga bakal diselimuti hujan," ungkapnya.
Hanya saja, jika dibandingkan dengan gangguan daerah tekanan rendah, Yudhis menyebutkan Eddy tersebut hanya berada di sekitar pusaran saja, sedangkan gangguan tekanan rendah itu lebih cenderung tertumpu atau terpusat ke daerah gangguannya.
Di samping itu, ia menjelaskan peluang hujan yang akan terjadi juga masih berkemungkinan disertai dengan petir. Hujan Pasalnya hal itu disebabkan karena pengaruh pemanasan yang berlangsung dari pagi hingga siang hari. Sehingga semua massa udara menjadi terangkat dan ikut mengakibatkan terbentuknya awan konvektif Comulonimbus. "Awan Comulonimbus inilah yang menjadi penyebab hujan selalu disertai angin kencang dan petir. Hujan yang ditimbulkan deras tapi tidak terlalu lama. Jika dibandingkan dengan awan Cumulus biasa, hujannya jauh lebih lama namun tidak deras," bebernya.
Pada kesempatannya, Yudhis juga mengimbau agar masyarakat bisa waspada jika hujan yang turun mulai disertai dengan petir. Menurutnya, menjauhi lokasi terbuka saat terjadinya petir merupakan langkah yang tepat. Terutama sebagai antisipasi agar tidak tersambar. Imbauan ini disampaikannya mengingat sudah banyak peristiwa yang dialami sejumlah masyarakat yang menjadi korban tersambar petir akibat kurangnya kewaspadaan. "Saat petir terjadi, lebih baik jangan gunakan dulu alat elektronik, karena itu juga sangat berbahaya," kata Yudhis.
Sementara itu, terkait ada tidaknya peluang terjadi puting beliung di beberapa daerah Riau akibat hujan yang kerap disertai angin kencang dan petir tersebut, menurut dia hal itu tetap bisa terjadi. "Puting beliung lebih cenderung terjadi saat transisi di akhir Mei mendatang, namun kemungkinan itu masih dapat terjadi," pungkasnya.
Untuk titik panas atau hotspot, berdasarkan hasil monitoring satelit NOAA BMKG, terhitung Sabtu (4/5) lalu, hanya ada 9 titik panas yang terdeteksi di Sumatera. Lima di antaranya terdapat di Riau, yakni 3 titik di Pelalawan, 1 di Rohul dan 1 titik di Indragiri Hilir. (sar)

Next > |
---|