Haluan Riau

Friday, May 24th

Last update02:05:00 PM GMT

You are here: NEWS GAGASAN Perekrutan Caleg

Perekrutan Caleg

Pemilu sudah semakin dekat dan tahun ini sudah disebut tahun politik. Partai politik mulai sibuk, mengambil ancang-ancang bagaimana memenangkan pertarungan kursi di lembaga legislatif. Partai politik membuka pintu lebar-lebar untuk merekrut caleg. Alhamdulillah, gayung bersambut, dari segi jumlah calon legislatif (caleg) sangat menggembirakan. Ada parpol yang panen caleg dan ada juga yang kekurangan sehingga diiklankan.
Kita harus bersyukur kepada Allah karena ternyata begitu banyak anak bangsa ini yang ingin ikut serta dalam membangun bangsanya melalui lembaga legislatif. Tidak salah kiranya jika kita berikan ucapan selamat kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang yang akan menjadi wakil rakyat kelak. Secara kuantitas tentu oke-oke saja, namun bagaimana kualitas mereka ?
Pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur. Orang mulai berbisik-bisik ketika melihat seorang caleg atau membaca di media dan sudah menjadi pembicaraan umum seperti dikedai kopi, majlis taklim, jamaah mesjid, kampus dan sebagainya. Pembicaraan menuju ke arah kepantasan dan ketidakpantasan seorang caleg.
Tiga Golongan
Berdasarkan opini dan pengamatan masyarakat terhadap kualitas anggota legislatif saat ini, terutama DPRD, masyarakat mengelompokkannya menjadi tiga golongan angota Dewan. Yaitu: berkualitas, setengah berkualitas dan tidak berkualitas. Sekali lagi berdasarkan opini dan pengamatan masyarakat, bukan hasil survei.
Ada lagi yang mengelompokkan dengan persentase. Yaitu, 10 persen berkualitas, 50 persen sedang-sedang saja dan 40 persen tak berkualitas sama sekali.
Terhadap yang setengah berkualitas, masih ada harapan jika mereka mau belajar, mau berubah ke tingkat yang lebih baik dan banyak membaca dan sebagainya. Terhadap yang tidak berkualitas atau yang tidak pantas memang sulit untuk dipoles, karena dari sononya ia sudah sudah begitu. Ya, kita terima saja apa adanya. Yang salah siapa? Tentu termasuk kita, kenapa dipilih.
Mengukur kualitas mereka sebetulnya tidak sulit. Diserahkan saja kepada caleg yang bersangkutan. Namun, yang perlu diingat bahwa lembaga legislatif bukan lembaga arisan, lembaga shopping atau lembaga wisata dan bukan pula lembaga mencari kekayaan. Anda akan berhadapan dengan fungsi anggota legislatif, yaitu penganggaran, pembuatan undang-undang dan pengawasan.
Penganggaran
Pertanyaannya, bagaimana kemampuan dan kecerdasan anda terhadap politik anggaran? Sejauh mana anda menguasai perundang-undangan termasuk sistem politik di Indonesia serta kemampuan anda merancang.
Begitu pula metode dan teknis pengawasan, sudahkah anda pahami ? Last but not least, kemampuan argumentatif anda yg bernas serta penguasaan bahasa dalam berbicara dan berdiskusi.
Setelah itu, tanyalah diri anda, jawab sendiri dengan jujur (hati nurani) dan anda akan tahu kualitas anda. Kenapa banyak lolos caleg-caleg yang sebetulnya tak pantas ? Saya yakin jawaban kita sama, yaitu karena pemilih masih tradisional belum rasional dan sangat dipengaruhi oleh materi serta populeritas seseorang.
Setelah reformasi bergulir, opini yang muncul di masyarakat terhadap partai politik sangat mengarah kepada kekuasaan yang berlebihan sedangkan produktivitas sangat rendah. Partai politik tak dipercaya, relasi antara elit partai/pemerintah dengan rakyat semakin rendah dan rapuh. Partai tidak aspiratif, tidak memihak kepentingan rakyat.
James Siegel seorang antropolog yang mengamati politik di Indonesia mengatakan bahwa: “Setelah Soekarno meninggal, tak ada lagi yang menjadi penyambung lidah rakyat”. Rakyat semakin muak, masyarakat kehilangan model partai yang bersih dari korupsi, karena semua partai terlibat tak terkecuali partai-partai Islam.
Jarang sekali parpol memberikan kejelasan kepada konstituen tentang caleg-caleg mereka, bagaimana kualitasnya, komitmennya, wawasannya, kecerdasannya, moralnya dan seterusnya. Yang ditonjolkan hanya gambar partai, ijazah dan populaeritas.
Padahal, sarjana pun belum jaminan seseorang disebut berkualitas. Apalagi, hanya popularitas.
Jenuh dan Muak
Masyarakat sudah mendekati keadaan apolitis, jenuh dan malah muak oleh prilaku elit politik dan pemerintah. Angka partisipasi pemilihan umum kepala daerah ada yang di bawah 50 persen. Artinya, golongan putihlah (golput) yang menang.
Bahwa tingkah laku elite belakangan ini semakin tak kunjung berubah, meski sering dikritik (lisan dan tulisan), didemo dan dihujat. Hari demi hari wajah Ibu Pertiwi semakin dipenuhi aneka tindak amoral. Keculasan, korupsi, ketidakjujuran dan ketidakadilan menjadi hal yang biasa didengar dan dilihat.
Kita bertanya, mengapa fenomena yang lahir dari perut bumi pertiwi Indonesia selalu merupakan peristiwa-peristiwa besar yang memalukan? Masih ingat peristiwa politisi busuk dan politisi mencari kerja (sebelumnya menganggur)?
Hal demikian akibat buruknya manajemen partai, terutama terhadap rekruitmen caleg. Kata-kata karakter dan integritas tak pernah diajak ikut sebagai bahan pertimbangan caleg.
Padahal, bangsa ini butuh pemimpin-pemimpin yang berintegritas. Dari segi akademis barang kali pemimpin kita sudah memadai. Namun, integritasnya memang memalukan.
Saran
Begitulah sedikit gambaran tentang partai politik sekaligus caleg di negeri kita. Agar tidak terulang kesalahan yang sama seperti pemilu-pemilu sebelumnya, yang mana pemilih belum rasional dan yang dipilih tidak berkualitas, maka untuk menghadapi pemilu 2014 dan seterusnya, kita berikan saran.
Pertama, kepada caleg sebagai berikut: Pertama, introspeksi/merenung merupakan keharusan bagi Anda. Kelebihan dan kekurangan akan tampak dan cepat tertutupi kekurangan kita dengan berusaha keras, banyak belajar, banyak bertanya, banyak membaca sehingga berwawasan luas.
Kedua, Anda adalah orang yang beragama. Ingat moral dan integritas, apalagi rasa malu serta amanah. Anda adalah pejuang rakyat, penampung aspirasi, jembatan antara rakyat dan pemerintah. Sadarilah bahwa tugas anda tidak main-main.
Ketiga, tetap berpegang teguh pada Pancasila, tinggalkan dwisila, yaitu kekuasaan yang maha esa dan keuangan yang maha kuasa.
Empat, jangan memaksakan diri. Anda akan disorot. Bisa-bisa anda dicemooh, dicaci dan sebagainya, kecuali jika anda termasuk yang tebal muka.
Kedua, kepada parpol hendaknya hati-hati merekrut caleg. Jangan lupa rekam jejak mereka. Kalau tidak, partai Anda siap dicemooh dan akan dijauhi konstituen.
Terakhir, kepada pemilih jangan terbuai oleh materi. Akibatnya, fatal dan yang akan muncul adalah pemimpin-pemimpin kaya padahal sebenarnya tidak ada apa-apanya. Bertanyalah kepada orang-orang yang mengerti mana yang layak dan mana yang tidak.
Negeri kita betul-betul letih dan hampir gagal. Begitu berat beban yang dipikul. Salah satu solusinya tentulah memunculkan pemimpin yang berkuailtas, berintegritas dan pro rakyat.
Hal ini menurut undang-undang kita dapat dicapai melalui partai politik dan pemilu. Kita yakin masyarakat kita semakin rasional dan caleg yang akan muncul adalah orang-orang yang betul-betul telah merenung dan introspeksi terhadap kualitas diri. Selamat kepada caleg, dan jangan lupa merenunglah.

Ketua STISIP Persada Bunda

AddThis Social Bookmark Button

Add comment


Security code
Refresh