PEKANBARU-Tidak menentunya harga karet di tingkat petani di Riau, dinilai tidak terlepas kebijakan pabrik karet yang beroperasi di Riau. Saat membeli karet dari petani, pihak pabrik berwenang menentukan kualitas karet, yang berdampak terhadap harga jual. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perkebunan Riau Zulher didampingi stafnya Rusdi, Senin (11/3) kemarin.
Dikatakan Zulher, dalam menampung karet produksi petani, pihak pabrik memegang patokan pada kualitas kadar karet kering (K3) dan kondisi bahan karet yang dijual di lapangan.
Kalau kondisi karet yang dihasilkan bagus, pihak pabrik bersedia membeli dengan harga tinggi. Sebaliknya, jika dalam karet ditemukan campuran seperti tanah liat dan bahan lain, pabrik pun mematok harga murah.
Untuk menentukan kualitas karet yang akan dibeli, biasanya petugas di pabrik membelah langsung bongkahan karet yang diajukan petani ke pabrik. "Ini yang yang selama ini diterapkan pihak pabrik," terangnya.
Namun di satu sisi, Zulher mengakui kondisi ini bisa merugikan petani. Karena untuk memastikan kualitas karet produksi petani, seharusnya melalui uji laboratorium,
Pabrik bukan dengan sekedar menentukan kadar K3 dan ada atau tidaknya campuran dalam bantalan karet yang dijual petani.
"Untuk membantu para petani karet, kita memberikan pembinaan kepada para petani karet. Salah satunya mengingatkan mereka menjaga kualitas karet yang dihasilkan. Semakin baik kualitasnya, tentu harganya juga akan semakin baik," tambahnya.
Informasi tentang harga karet petani yang diterima Disbun Riau dari pihak Gapkindo, karet dijual seharga Rp24 ribu per kilonya. Namun karena banyak pihak yang bermain dari petani hingga ke pabrik, akhirnya karet di tingkatan petani hanya berkisar Rp11.400 per kilonya.
Zulher juga mengakui, sulit memantau kualitas karet yang dijual masyarakat ke pabrik. Salah satunya akibat tidak ada tenaga khusus yang ditempatkan di pabrik, yang bertugas ikut mengecek kualitas pabrik saat dijual petani. Kondisi ini jauh berbeda dengan sawit. Karena pemantauan harga bisa dilakukan secara rutin.
Dikatakan, turun naiknya harga karet di tingkatan petani, juga tidak terlepas dari dampak dari krisis ekonomi di sejumlah negara di Eropa. Meski kondisinya saat ini mulai membaik, namun hal itu belum menjamin harga karet petani akan membaik.
"Harga jual ditentukan permintaan pasar dunia terhadap karet alam. Semakin tinggi permintaan, harga juga akan semakin meningkat," terangnya.
Ditambahkannya, saat ini harga karet masih ditentukan tiga perusahaan besar yakni Good Years, Firelli dan dan Han Kok. Sementara di Riau, ada sembilan pabrik karet yang menampung produksi petani karet. (hem)

Next > |
---|