Selama tahun 2013, pertumbuhan sektor ekonomi di Bumi Lancang Kuning terhitung bagus, yakni berkisar pada angka 7,5 persen. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun 2014, karena sektor penyokong stabilnya perekonomian Riau dinilai masih lancar.
Meski demikian, inflasi juga bisa sewaktu-waktu datang mengancam.
Menurut pengamat ekonomi Riau Edyanus Herman Halim, akhir pekan kemarin, pertumbuhan ekonomi Riau sepanjang tahun 2013 terhitung cukup signifikan, yakni sekitar 7,5 persen, meskipun angka ini belum masuk penghitungan publis triwulan IV. Stabilnya perekonomian Riau disebabkan masih banyak penopang berbagai sektor unggulan seperti perdagangan, perkebunan, kertas, pertambangan, dan berbagai sektor lainnya.
Namun demikian, Riau masih rawan inflasi. Hal ini dikarenakan banyak kebutuhan rakyat yang didatangkan dari luar negeri maupun dari luar Riau, khususnya pangan. sehingga jika lalu lintas atau infrastruktur perdagangan terganggu, maka inflasi bisa dipastikan bakal naik.
Kondisi ini membuat pendapatan masyarakat yang relatif tinggi dari perkebunan, bisa tereduksi akibat kebutuhan pangan. Kondis ini juga sekaligus membuat pendapatan masyarakat tidak tumbuh signifikan.
Sementara untuk bidang lainnya, ujar Edyanus, pertumbuhannya di bidang lainnya di sepanjang tahun ini juga tumbuh signifikan. Misalnya, good consumer dan barang-barang mewah juga tumbuh baik. Sepanjang harga masih stabil maka konsumsi masyarakat masih baik.
Untuk tahun 2014, perekonomian Riau akan sedikit lebih menggairahkan atau dinamis dengan dua faktor pendukung sederhana. Yakni, karena ada kepastian pemimpin daerah. Begitu juga arah APBD yang sudah tampak lebih jelas dibanding tahun 2013. Selama tahun 2013, faktor ini banyak yang terkatung-katung, karena kasus hukum yang menimpa kepala daerah.
Kejelasan arah APBD ini membuat pengusaha mengambil ancang-ancang untuk lebih fokus bekerja. "Dengan jelasnya arah APBD, tentu dasar-dasar infrastruktur akan dijalankan. Kini mereka siap-siap dan optimis,"ujarnya.
Faktor lainnya, pada tahun 2014 masyarakat Indonesia akan masuk ke era pesta demokrasi. Hal ini juga berdampak terhadap bertambahnya geliat perekomian. Akan banyak terlibat orang-orang yang terlibat dalam perdagangan berbagai kebutuhan pesta demokrasi baik untuk pribadi maupun untuk kelompok partai politik.
Sedangkan untuk bidang otomotif, minat masyarakat untuk membeli kendaraan juga dipredikasi akan meningkat. Riau sendiri tercatat sebagai salah satu daerah yang daya beli masyarakatnya di bidang otomotif cukup tinggi. Hal ini juga tidak terlepas karena pertumbuhan ekonomi Riau yang terhitung tinggi secara nasional.
"Bila ada jaminan dari pemerintah yang bersih dan berwibawa, tentu menjamin majunya ekonomi ke depan. Khususnya dari inventor," tambahnya lagi.
Namun lebih dari pada semua itu, diharapkan adanya dasar yang lebih penting, yakni pemerintahan yang bersih dan beriwibawa hendaknya semakin ditingkatkan.
Investasi hendaknya, didorong sektor-sektor hilir. Kawasan-kawasan industri dibangun infrastrukturnya. Pemerintah harus fokus pada listrik. Hal ini penyebab utama bidang UKM merugi besar di tahun 2013. Kemudian, pemerintah harus fokus pada persediaan air bersih agar investasi tumbuh, khususnya untuk Dumai, Meranti, Rohil. Untuk itu ujar Edyanus dengan jelas, bahwa dibutuhkan kerja sama lintas sektoral dan lintas wilayah untuk membangun air bersih.
Di Atas Rata-rata
Kondusifnya pertumbuhan ekonomi Riau, juga pernah dipaparkan mantan Wakil Gubernur Riau Mambang Mit, saat paripurna HUT Provinsi Riau ke-56, Agustus lalu. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau di atas pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 7,55 persen. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Riau dalam beberapa tahun terakhir didorong membaiknya iklim investasi di Riau. Menurut Wagubri nilai komulatif investasi PMDN tahun 2012 sebesar 5,45 triliun rupiah, dan untuk 2013 sampai bulan Juni sudah mencapai 2,135 triliun rupiah.
Terbesar ke-3 di Indonesia
Hal yang juga diungkapkan Kepala Kantor Wilayah PT Jamsostek Wilayah Sumbar Riau dan Kepri, Rizani Usman. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di Riau merupakan yang tertinggi ketiga di Indonesia, yakni mencapai 8 persen.
Hal itu pula yang mendasari didirikannya Kantor Jamsostek Wilayah Sumbar, Riau dan Kepri di Pekanbaru, sejak Mei 2013.
Komentar serupa juga pernah dilontarkan Regional Chief Economist BNI Wilayah Padang, Edi Ariyanto. Pihaknya mempredikasi, ekonomi Riau pada tahun 2014 masih tetap baik, sehingga tumbuh di atas angka rata-rata pertumbuhan nasional yang diperkirakan berkisar antara 7,5-8 persen.
"Ada beberapa faktor yang mendorong pencapaian ini antaranya lain iklim investasi di Riau yang masih tetap kondusif, khususnya sebagai penghasil minyak sawit mentah (CPO) dan karet," ujarnya.
Selain itu, faktor lain yang turut mempengaruhi adalah isu upah minimum atau gaji buruh baik kabupaten/mota maupun provinsi yang diputuskan masih dapat diterima semua pihak baik pekerja dan pengusaha.
Tak Lepas dari Anggaran
Sementara, menurut anggota DPRD Riau, Bagus Santoso, pertumbuhan ekonomi Riau tidak bisa terlepas dari instrumen kebijakan fiskal, yaitu APBD. Kondisi ini umumnya terjadi di kabupaten dan kota. APBD sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian masyarakat.
"Jika APBD Riau dan kabupaten/kota bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, bisa dipastikan kehidupan ekonomi masyarakat akan membaik. Bukan seperti sekarang, secara kekayaan alam Riau memang kaya raya tetapi rakyatnya belum sejahtera," ujarnya.
Bagus juga menyorot sektor pertanian yang dinilainya masih lemah dan berjalan. Padahal bila dikelola dengan baik, sektor ini seharusnya bisa memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan ekonomi di Bumi Lancang Kuning. Begitu juga dengan usaha kecil menengah, bila bisa dikelola dan dipadukan dengan program pembangunan, Bagus yakin kondisinya akan semakin baik.
Selain itu, rendahnya pemyerapan anggaran belanja hampir merata di SKPD, sehingga menjadi sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya atau yang dikenal dengan singkatan SILPA juga sebagai salah satu faktor tidak maksimalnya salah satu komponen yang sebenarnya dapat menyumbangkan kekokohan pertumbuhan ekonomi Riau.
Kondisi perekonomian Riau pada tahun 2014 diprediksi stabil yaitu pada kisaran 8,02 persen. "Ingat, Riau berbeda dengan kebanyakan daerah lain karena memiliki ladang minyak. Ramainya pasar otomotif, elektronik menunjukkan kemampuan ekonomi daerah. Meski saya belum memiliki data, namun peran swasta juateru yang lebih dominan memicu pertumbuhan ekonomi dibandingkan paran program SKPD. Beberaba bidang yang disumbangkan swasta meliputi usaha yang bergerak pada perkebunan, kehutanan, pertambangan atau bidang industri," tambahnya.***

Next > |
---|