DURI (HR)-Hingga saat ini, penyebab retaknya puluhan rumah di Jalan Arjuna Desa Bumbung, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, masih menjadi tanda tanya. Dugaan sementara, kondisi itu bisa terjadi akibat kegiatan seismik, mengingat sekitar dua kilometer dari kawasan itu terdapat aktivitas penambangan. Dugaan lain, bisa jadi akibat penggunaan bahan peledak dalam kegiatan eksplorasi di kawasan itu. Sedangkan alternatif ketiga, kondisi itu terjadi akibat gempa.
"Itu baru dugaan sementara," terang Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bengkalis, H Arman AA, Jumat (22/11). Dikatakan, pihaknya telah menurunkan anggota ke lokasi itu untuk menyelidiki penyebab terjadi retak-retak pada puluhan rumah milik warga di kawasan itu.
Sesuai laporan yang diterima pihaknya, retak-retaknya bangunan rumah warga di kawasan itu telah terjadi sejak Hari Raya Idul Adha tempo hari.
"Staf yang saya turunkan sudah mengecek ke lapangan. Mereka didampingi Kades dan Ketua RT setempat. Laporannya sudah saya terima. Berdasarkan hasil analisa dengan peralatan yang kami miliki, keretakan itu diduga lantaran beberapa hal. Pertama, mungkin disebabkan oleh adanya aktivitas seismik. Itu daerah seismik dan berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi. Kedua, mungkin karena kondisi tanah yang kering dan diduga adanya penggunaan bahan peledak dalam kegiatan eksplorasi dekat kawasan itu. Tak diketahui pasti kapan itu terjadi. Biasanya kalau musim kering, tanah bisa merekah. Karena ditambah dengan adanya getaran, retaknya lari ke rumah. Dugaan yang ketiga, bisa juga keretakan rumah itu disebabkan getaran gempa yang entah kapan terjadi. Namun perlu digarisbawahi bahwa semua ini baru dugaan sementara saja," paparnya.
Sebagai tindak lanjut hasil pengecekan lapangan itu, Kepala BLH Bengkalis pun mengaku sudah menghubungi pihak Distamben. Pasalnya, Distamben punya tenaga ahli untuk masalah itu. "Kita juga sudah menghubungi PT CPI. Hanya saja proses di CPI akan makan waktu cukup lama karena harus melalui SKK Migas. Mungkin langkah terakhir nanti ke pihak BMKG," ucap Arman.
Dia juga memaparkan, rumah penduduk yang retak-retak itu terhampar di areal perkebunan sawit yang cukup luas. Kebanyakan rumah warga di sana tak memiliki struktur beton bertulang. Tanahnya juga kering. Bisa jadi cadangan air tanahnya banyak dilasik (disedot) sawit. Warga setempat susah mendapatkan air. Kalau membuat sumur, juga jarang berhasil. (sus)

Next > |
---|