PADANG-Badan Nasional Penanggulangan Bencana menggelar latihan bersama tentang skenario lanjutan pengurangan dampak bencana tsunami. Kegiatan ini bertema "Strengthening Collaboration and Parnertship in Disaster Response to Build a Resilient Region" digelar di Padang Sumatera Barat, Kamis (14/3), melibatkan 18 negara, yang terdiri dari negara ASEAN dan negara-negara Asia Pacific. Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan BNPB, Wisnu Wijaya, menerangkan, rangkaian latihan bersama ini diselenggarakan dalam kurun 2013-2014 oleh BNPB dan Kementerian terkait serta melibatkan sipil-militer dari negara-negara ASEAN serta negara-negara dari East Asia Summit. Seperti Cina, Jepang, Korea India, Selandia Baru, Australia, USA dan Rusia.
"Rangkaian latihan meliputi Table Top Exercise (TTX), Command Post Exercise (CPX), dan Field Training Exercise (FTX), diikuti dengan Humanitarian Civic Action (HCA). Persiapan TTX telah dilakukan pada bulan Februari lalu yaitu melalui Concept Development Conference dan Initial Conference untuk TTX, " ujar Wisnu dalam jumpa pers yang digelar di Bagindo Room, Pangeran Beach Hotel, Kamis (14/3).
Wisnu menjelaskan, tanggal 14-15 Maret ini, dilaksanakan kegiatan persiapan lanjutan atau Final Planning Conference (FPC) untuk TTX. Tujuannya adalah untuk memfinalisasi skenario dan materi latihan bersama.
"Kegiatan Table Top Exercise sendiri akan diselenggarakan pada bulan April mendatang," tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Barat, Ali Asmar, didampingi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Yazid Fadli.
Positif
Sekda Ali Asmar mengungkapkan, perhatian BNPB yang besar terhadap ancaman bencana tsunami di Sumatera Barat patut disikapi positif oleh masyarakat dan pemerintah setempat.
"Dijadikannya Sumatera Barat sebagai tempat pusat latihan kebencanaan yang bersifat regional dan internasional membawa keuntungan tersendiri. Sumbar sebagai kawasan ' super market' bencana karena berbagai fenomena alam, bisa mendapatkan sosialisasi dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan, sekaligus menjadikan banyak pihak datang ke Sumatera Barat menghidupkan travelisasi pariwisata," katanya.
Di sisi lain diakui Sekda, upaya rehab rekon pasca gempa 2009 lalu di Sumbar khususnya di Mentawai dan Padang masih mengalami hambatan dari berbagai aspek. Namun, hambatan-hambatan tersebut bukan karena kurangnya dukungan dari masyrakat dan pemerintah setempat melainkan karena terbatasnya ketersediaan lahan. Sebab, lahan yang ada sebagai lokasi relokasi adalah hutan lindung yang tidak bisa sembarangan penggunaannya.
"Kita tetap berupaya untuk melakukan percepatan rehab rekon agar masyarakat pasca bencana segera bangkit dan dapat dengan normal menjalani kehidupan, " ujar Sekda.
Pemerintah Sumbar, lanjutnya, membuat kebijakan mitigasi bencana sebagai aspek regulasi yang memperkuat kapasitas kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana, agar PRB tsunami terkait Mentawai Megathrust bisa disusun sebagai landasan program berkelanjutan.(pdc/mel)

Next > |
---|