SIMALUNGUN-Warga Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun mengeluhkan tidak lancarnya suplai air bersih dari PDAM Tirtalihou. “Jangankan air, angin pun tidak keluar dari pipa distribusi ke rumah saya,” ujar Parlan (51), warga Huta VI, Nagori Purbasari, Kecamatan Tapian Dolok, Kabupaten Simalungun, Kamis (18/10).
Menurut dia, air bersih dari PDAM Tirtalihou yang disalurkan ke pelanggan tidak sepenuhnya lancar. Ada yang mengalirnya sangat kecil, menetes, itupun harus menunggu malam atau subuh hari ketika banyak warga yang tidak mempergunakannya. Ada yang hanya hidup sekali atau dua minggu sekali, menunggu musim penghujan. Bahkan ada yang sama sekali tidak mengalir.
Parlan mengaku, menjadi konsumen PDAM sejak tahun 2004, dan hanya merasakan kelancaran perolehan air bersih selama setahun. Setelah itu air tersendat-sendat dan mati total.
“Anehnya petugas PDAM tetap melakukan tagihan rekening. Yang airnya tidak hidup, ya…bayar biaya perawatan meteran, kata petugasnya, tapi meteran tidak pernah dirawat atau keluhan kami dicari jalan keluarnya. Saat saya dan warga lainnya tidak mau bayar, sambungan pipa diputus,” kesal Parlan.
Untuk kebutuhan air bersih, Parlan dan lima puluhan kepala keluarga di Huta IV, V, VI dan VII, yang berjarak 40-an kilometer dari pusat pemerintahan, membeli air dari tetangga yang membuat sumur bor.
“Per jerigen lima ratus rupiah, kalau nyambung dengan selang pemakaian satu jam kena biaya lima ribu rupiah. Lebih besar uang keluar, tapi gak masalah yang penting bisa dapat air bersih,” paparnya.
Menurut Supiatno, ketidaklancaran distribusi air lantaran semakin banyaknya pemukiman dan pelanggan PDAM tanpa diiringi penambahan debit air, sehingga air harus dibagi ke seluruh pelanggan.
“Soalnya waktu PDAM mulai buka sekitar tahun 1987-an dan pemukiman masih sedikit, air sangat lancar. Sekarang di kawasan ini sudah ada dua perumahan dan rumah-rumah warga,” ujar pria berusia 64 tahun ini.
Sementara Timin, dan sejumlah warga yang ditemui terpisah, Nuriati, Sarpono mengeluhkan sikap pelanggan yang bermukim di bagian jalur atas pipa distribusi, yang menyedot air mempergunakan mesin penghisap. Ada juga yang nakal dengan menutup jalur pipa yang mengarah ke pemukiman berikutnya.
“Makanya air ke rumah warga yang berada di ujung pipa pendistribusian, tidak ngalir. Mau negur tidak enak. Harapan kami petugas melakukan pengawasan dan menertibkan kenakalan-kenakalan itu,” pinta pelanggan sejak tahun 2006 itu menuturkan.
Pengamatan di lapangan, jalur pipa yang mensuplai air untuk pelanggan di HUta IV, V, VI dan VII berukuran 1,5 inchi. Dan pelanggan yang bermukim di sekitaran ujung pipa harus membuat lubang seukuran ember untuk bisa menampung air jika mengalir. Kalau ke bak mandi, air dipastikan tidak naik.
Dari tampungan ember ini warga memindahkan ke bak atau jerigen. “Gitupun ya tidak cukup untuk mandi dan mencuci serta kebutuhan masak. Kami tetap beli air kepada tetangga yang ada sumur bornya,” ujar Atik.
Warga mengaku sudah bosan meminta petugas PDAM Tirtalihou di unit kecamatan untuk mengganti pipa yang lebih besar agar pasokan air lebih besar juga. “Entahlah kalau Bupati atau Direktur PDAM di Raya sana (pusat pemerintahan, red) peduli dengan memberikan teguran atau instruksi kepada petugas di kecamatan. Kami rakyat kecil hanya bisa berharap,” timpal Parlan, warga lainnya.(wmc/ara)