RANGSANG PESISIR-Kepulauan Meranti memiliki lima pulau terbesar dengan sembilan kecamatan dan 96 desa, serta empat kelurahan. Di antara pulau itu, yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka adalah Pulau Rangsang dan Pulau Merbau. Sehingga kedua pulau ini merupakan daerah terparah terjadi abrasi. Hal ini dikatakan Camat Rangsang Pesisir, Idris Sudin, didampingi Kepala Desa Anak Setatah, Zulhaidi, Selasa (12/3).
Lebih lanjut dikatakannya, masyarakat yang berdomisili di sepanjang bibir pantai Utara Pulau Rangsang itu seakan saling kejar-kejaran dengan ganasnya ombak. “Siang malam ombak itu tidak pernah berhenti menghancurkan bibir pantai. Menghilangkan daratan secara signifikan per tahun”, ucapnya.
"Hal ini menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi masyarakat di Kecamatan Rangsang Pesisir," ungkap Idris.
Kegiatan pembangunan penahan ombak atau abrasi menurutnya, kerab salah alamat dilakukan berbagai pihak. Pulau Padang dan pulau lainnya yang tidak langsung berhadapan dengan Selat Malaka itu yang mendapat proyek pembangunan penahan ombak. Sehingga kalaupun pulau itu mendapat ombak atau abrasi, maka tidaklah separah yang dialami Pulau Rangsang dan Pulau Merbau.
Berkurang
Karena itu, ia dan masyarakat berharap kondisi abrasi yang terjadi di Kecamatan Rangsang Pesisir dan Pulau Merbau tidak dianggap sepele. Jika kondisi ini terus dibiarkan berkepanjangan maka daratan Pulau Rangsang dan juga Pulau Merbau akan berkurang drastis. Tidak sampai hitungan puluhan tahun lagi, ke dua pulau itu hanya akan tinggal kenangan saja lagi. "Karena itu pembangunan penahan ombak hendaknya difokuskan ke dua pulau itu," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, kondisi saat ini seperti di Desa Tanjung Motong, Kecamatan Rangsang Barat, luas daratannya hanya tinggal sekitar dua kilometer. Jika pulau itu terpotong, maka ombak Selat Malaka akan mengancam masa depan Selatpanjang.
Minta Dianggarkan
Ditambahkan Kades Anak Setatah, Zulhaidi, Pemprov Riau dan kabupaten selayaknya menganggarkan alokasi dana untuk mengatasi masalah abrasi setiap tahun. Menurut Zulhaidi, mengatasi kondisi alam itu tidak bisa dilakukan secara insidentil. Melainkan harus dengan program berkelanjutan. Baik melalui pembangunan batu pemecah ombak maupun dengan penanaman pohon Api-api atau solusi lainnya. Sehingga Pulau Rangsang dan Pulau Merbau bisa terselamatkan.
"Artinya, harus ada komitmen pemerintah yang kuat untuk melawan bencana alam yang dihasilkan ombak dari Selat Malaka tersebut. Sehingga kita bisa melihat seberapa jauh atau seluas apa yang telah dilakukan pemerintah dari tahun ke tahun. Jika hanya dilakukan bersifat dadakan atau formalitas saja, maka ke dua pulau itu nantinya akan benar-benar lenyap disapu ombak," ujarnya.

Next > |
---|