PEKANBARU (HR)-Minat baca masyarakat Riau untuk menggali informasi baik melalui, koran, majalah dan tabloid, masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti di Malaysia, Singapura, Thailand dan negara lainnya.
Kondisi itu dipaparkan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Riau, H Dheni Kurnia, saat menyampaikan sambutan pada acara Refleksi Akhir Tahun PWI Riau, yang dipusatkan di auditorium Pustaka Soeman HS, Senin (30/12). Refleksi kemarin mengambil tema "Dinamika Riau dalam Kerangka Kebebasan Pers".
Dikatakan Dheni, meski Riau saat ini sudah banyak memiliki media massa, baik harian, mingguan hingga bulanan, namun perkembangan itu tak disertai dengan minat baca masyarakat di Bumi Lancang Kuning. Karena minat baca masyarakat masih rendah.
"Penduduk Riau hampir mencapai lima juta orang. Sementara media yang sudah ada saat ini mencapai puluhan. Tetapi minat baca masyarakat masih rendah. Ini dibuktikan dengan oplah koran bila digabungkan semua media hanya mencapai 150 eksemplar," papar Dheni Kurnia.
Dengan kondisi yang ada saat ini, ke depan PWI Riau bersama media-media yang ada di Riau, bertekad menyebarkan koran ke tengah masyarakat dengan target 500 eksemplar. Diharapkan, dengan penyebaran koran sebanyak itu, diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih luas kepada masyarakat. Pihaknya juga berharap, langkah ini bisa berdampak kepada meningkatnya minat baca masyarakat Riau.
"Kita ingin mencerdaskan masyarakat lewat media, untuk itu kita menargetkan bisa mencapai 500 eksemplar tersebar di seluruh Riau," tambahnya.
Sementara dari perkembangan pers di Riau saat ini, Dheni menilai perkembangannya cukup menjanjikan. Perkembangan teknologi yang demikian canggih, juga sangat membantu para pewarta di Riau. Khususnya dalam akses mendapat informasi.
Selain itu, jumlah wartawan juga meningkat, seiring dengan meningkatnya media yang tumbuh di Riau. Pada tahun 2008 lalu, jumlah anggota PWI Riau tercatat sekitar 233 orang. Namun pada tahun 2013, jumlahnya meningkat hingga 814.
Sangat Bermanfaat
Sementara itu, tokoh masyarakat Riau yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga adat Melayu (LAM) Riau, Al Azhar, mengatakan, kiprah pers sangat bermanfaat bagi masyarakat. Khususnya untuk menginformasikan berbagai kejadian atau perkembangan yang terjadi di Riau. Mulai dari kebijakan pemerintah, politik, hukum dan lain sebagainya.
"Banyak berita yang telah ditulis wartawan. Tanpa pers kita tidak bisa mendapatkan informasi tentang apa saja yang terjadi di Riau khususnya saat ini," kata Al Azhar.
Namun demikian, Al Azhar mengkritik pemberitaan pers di Riau saat ini, karena banyak sekali media memuat berita tentang berita kurang mengenakkan yang terjadi di Riau. Sementara untuk perkembangan atau kemajuan, pihaknya menilai porsi pemberitaan media di Riau masih kurang. Padahal, idealnya pemberitaan seimbang, sehingga masyarakat bisa mengetahui perkembangan di Riau secara menyeluruh.
Karena itu, pihaknya meminta media massa di Riau juga memberikan porsi untuk berita yang mengulas pencapaian positif di Riau. Al Azhar menilai, porisi ini juga berpeluang menarik minat baca masyarakat yang bisa saja jemu terhadap berita-berita negatif.
Menurutnya, ungkapan bad new as good news, tidak mutlak dijadikan pedoman dalam mencari berita. Bila media turut merangkul atau memberikan porsi terhadap berita pencapaian positif maka itu akan membuat referensi masyarakat bertambah.
Namun demikian, Al Azhar mengaku, sepanjang tahun 2013 ini memang merupakan tahun yang kurang mengenakkan. Banyak kejadian yang membuat nama baik Riau menjadi tercemar. Kapabilitas Provinsi Riau turun hingga ke titik nadir.
Selain benturan pejabat di lingkungan pemerintah, sengketa agraria dan arus migrasi turut mengisi polemik sosial dan budaya di Riau. "Tahun 2013 merupakan tahun kelam dan masa kepiluan. Anak negri ini banyak yang berbuat salah dan masuk ke penjara. Dari renungan inilah kita bisa berharap ke depan Riau bisa terus membenahi diri," ujarnya.
Sokong Insan Pers
Sementara itu, Ketua Bappeda Riau Rahmad Walid mengatakan, Pemprov Riau menyokong perkembangan pers di Riau. Salah satu bentuknya adalah dengan pembangunan Kantor PWI di Jalan Arifin Ahmad serta dukungan lainnya. Menurutnya, pers tidak saja berperan sebagai pengontrol, juga juga ikut memberikan pendidikan kepada masyarakat, khususnya meningkatkan minat baca.
Bahkan lembaga internasional seperti Unesco mensyaratkan kegiatan membaca sebagai salah satu faktor dalam menentukan maju atau tidaknya suatu negara.
"Perkonomian Riau bila menyertakan minyak dan gas lebih rendah dibandingkan tanpa migas. Untuk periode Januari-September 2013, pertumbuhan ekonomi Riau tanpa migas berkisar 6,07 persen. Sementara perekomomian Riau dengan migas hanya 2,14 persen. Artinya, Sumber Daya Manusia lebih penting. Ke depannya Riau akan digerakkan manusia-manusia terampil. Tapi sebelum itu perhatian terhadap pendidikan mutlak diperlukan dan membaca merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan. Sehingga pers punya peran penting dalam membudayakan membaca," ujarnya. (nur/mg11)

Next > |
---|