Haluan Riau

Saturday, Sep 14th

Last update09:21:59 PM GMT

You are here: FOKUS Listrik Padam, Salahkah Alam?

Listrik Padam, Salahkah Alam?

PLTA KOTO PANJANGHampir setiap tahun terjadi pemadaman listrik bergilir di Provinsi Riau. Ketika ini terjadi, PT PLN yang dipercaya pemerintah mengurusi listrik masyarakat, menyebutkan 'seribu' alasan, yang kadang tidak dapat diterima masyarakat. PT PLN selalu menyalahkan alam yang sudah ada sebelum Nabi Adam diturunkan ke Bumi, yang notabene jauh sebelum PT PLN lahir. Bukankah sebaliknya? Allah menciptakan alam semesta ini untuk kebutuhan makhluknya. Tinggal lagi bagaimana manusia memanfaatkannya secara baik, termasuk orang-orang yang ada di PT PLN.
Allah juga menyampaikan agar manusia mensyukuri nikmatNya, jika tidak, Allah menyebutkan azabnya. Bisa jadi, jika alam tetap di salahkan, pemadaman listrik bergilir akan lebih parah dikemudian hari.
Kita simak saja alasan yang disampaikan PLN setiap tahunnya. Jika musim kemarau, Manajemen PT PLN menyebutkan debit air berkurang sehingga turbin yang ada di PLTA tidak mampu beroperasi optimal.
Sementara jika musim hujan, PLN beralasan ada turbin yang rusak akibat dimakan usia (sudah 20 tahun), perbaikan jaringan, travo meledak dan alasan lainnya. Seperti yang diungkapkan General Manager PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Doddy Benjamin Pangaribuan, dalam rapat dengar pendapat di Komisi C DPRD Riau Selasa (16/7) lalu.
"Jika sebulan lalu kendalanya dari pembangkit Ombilin yang rusak, kini karena debit air di PLTA Koto Panjang dan PLTA Singkarak dan Maninjau berkurang, maka kami padamkan siang hari karena kekurangan 20 Megawatt," kata Doddy.
Namun, hampir tidak pernah terdengar PT PLN menyalahkan manajemennya, menyalahkan perencanaan yang dilakukan, bahkan seolah tidak belajar dari kesalahan yang dilakukan bertahun-tahun.
Padahal, inti persoalan pemadaman listrik bergilir di Riau adalah tidak seimbangnya daya yang disalurkan kepada masyarakat dengan daya yang dihasilkan pembangkit di Riau. Daya yang digunakan masyarakat jauh lebih tinggi dibanding daya yang dihasilkan pembangkit di Riau. Sehingga, jangankan untuk menyiapkan cadangan daya, untuk memenuhi kebutuhan daya listrik masyarakat saja, tidak cukup.
Alasan yang merupakan inti ini, jika disimak, selalu disebutkan paling akhir dari seribu alasan yang disampaikan PT PLN. Tahun 2007 lalu, ketika Manager PT PLN Cabang Pekanbaru dijabat Awaluddin, ketika pemadaman bergilir berlangsung selama 12 jam sehari, menyebutkan terjadi defisit. "Kebutuhan listrik di Riau sekitar 226 megaWatt tahun 2007. Sedangkan tiga pembangkit listrik di Riau hanya mampu memasok sekitar 150 megawatt," ungkapnya.
Data terbaru, 16 Juli lalu, General Manager PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Doddy Benjamin Pangaribuan, menyebutan keperluan listrik Riau saat beban puncak adalah sebesar 457 Megawatt. Sementara daya pasokan listrik yang mampu disediakan oleh pembangkit di Riau hanya 229 Megawatt saja.
Kondisi tersebut menurutnya, membuat Riau harus bergantung dengan interkoneksi listrik dari Sistem Sumatera Bagian Utara atau Sistem Sumatera Bagian Selatan yang berarti listrik berasal dari provinsi tetangga.
Dari data 2007 dan 2013 ini, terlihat daya listrik masyarakat dalam kurun waktu enam tahun tumbuh 231 megawatt (457-226 megawatt), sementara daya pembangkit hanya tumbuh 79 megawatt (229-150 megawatt).
Artinya, pertumbuhan daya listrik masyarakat tidak sebanding dengan pertumbuhan pembangkit di Riau. Jika ini tidak diantisipasi, maka kemungkinan krisis listrik di Riau akan semakin parah. Sampai kapan Riau tergantung dengan pembangkit listrik tetangga? Bukankah daya listrik masyarakat di provinsi tetangga itu juga tumbuh?
Sudah saatnya PT PLN tidak lagi menyalahkan alam, tetapi memikirkan bagaimana sumber daya alam yang terbentang luas di Bumi Lancang Kuning ini dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk menumbuhkan pembangkit listrik. Baik tenaga surya, air, batu bara, gas dan lainnya. Sehingga pertumbuhan daya pembangkit dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhan listrik masyarakat Riau.
Daya pembangkit listrik harus jauh lebih besar dibanding daya listrik masyarakat, agar bisa dijadikan cadangan apabila, suatu ketika ada salah satu turbin atau pembangkit yang mengalami gangguan. (TIM HALUAN RIAU)

AddThis Social Bookmark Button

Add comment


Security code
Refresh