Satu bulan sudah atap bangunan SD 001 Kelurahan Pelalawan terbuka melompong. Tak satupun ada atap. Rangka pun tak kelihatan lagi. Sejak dibongkar murid terpaksa numpang belajar di aula SMAN 1 Pelalawan. Atap bangunan itu memang sengaja dibongkar salah satu kontraktor untuk diperbaiki dan ditukar dengan model yang baru. Namun, sebulan berlalu, belum terlihat tanda-tanda akan dikerjakan. Sehingganya para siswa masih tetap belajar dengan menumpang di aula SMA dan tak tahu sampai kapan.
Kondisi ini tidak hanya dialami SD 001 Pelalawan. Sebelumnya, SD 008 Desa Dundangan dua unit SD di Kecamatan Pangkalan Kuras juga mengalami nasib serupa. Habis dibongkar, dibiarkan terbengkalai.
Ketika sejumlah wartawaan melakukan investigasi di SDN 001 Pelalawan yang terletak di Jalan Istana Sayap, Selasa (30/10). Terlihat sangat miris pasalnya kondisi gedung sekolah itu ternyata lebih parah dibandingkan dengan kondisi SDN 008 Dundangan yang sempat didatangi pekan lalu.
Bangunannya terbuat dari papan dan tidak lagi memiliki atap maupun kerangka kayu serta plafon. Sebanyak empat ruangan sekolah model panggung itu tidak utuh lagi, sejak awal bulan Oktober lalu. Lokal-lokal tempat anak didik menimba ilmu, sudah berubah menjadi kayu busuk tak terawat. Akibat terendam air hujan dan diterpa panas matahari setiap hari.
“Kabarnya Dinas Pendidikan mau merehab sekolah ini. Itulah empat lokal yang dibongkar atapnya. Sampai sekarang tidak ada dikerjakan dan gedung sudah terlanjur dibuka semuanya. Kondisi ini sudah hampir sebulan, kita pasrah,” ungkap Wakil Kepala SDN 001 Pelalawan, Siti kepada sejumlah wartawan.
Kondisi gedung sekolah yang sudah berantakan itu, lanjutnya, berawal dari pihak Disdik yang memasukkan sekolah itu dalam proyek rehabilitasi gedung. Namun pihak sekolah kurang mengetahui siapa kontraktor dan perusahaan pemenang tendernya. Pasalnya, hampir tidak ada konfirmasi ke majelis guru dan pekerjaan pembongkaran dilakukan pada sore hari, setelah jam belajar selesai serta semua murid maupun guru pulang. Mereka juga heran, gedung sekolah yang didirikan tahun 2003 itu langsung dipreteli dalam tenggat waktu dua hari.
Untung pihak sekolah telah memindahkan bangku, kursi, dan segala fasilitas belajar dari dalam lokal kelas I, III, V, dan IV itu. Ruang kelas II dan IV yang sejajar dengan kantor guru tidak ikut direhab. Sebanyak 40 murid dari keempat lokal itu terpaksa diungsikan ke gedung Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Pelalawan, letaknya tepat disamping SD itu. Mereka menggunakan ruang aula lama milik SMA untuk proses belajar mengajar (PBM).
“Terpaksa kami pindah ke aula SMA dan belajar di sini. Kami buat sekat-sekat ruangan dan dibagi tiga dengan kondisi seadanya saja. Kalau tidak, kami tidak tahu akan belajar dimana lagi. Meskipun memang tidak memadai dari segi luas, fasilitas belajar dan kenyamanan siswa,” tambah guru pengajar kelas V, Nastoni dengan nada kesal.
Dijelaskannya, menurut informasi kontraktor yang membongkar merupakan orang asli di sekitar Pelalawan. Kesulitan lain yang dirasakan yakni, peserta didik berjalan jauh ke kamar mandi yang atapnya juga ikut dibuka. Soalnya, mereka segan menggunakan WC SMA. Kemudian, kebiasaan untuk salat berjamaah dalam sebulan ditiadakan karena kondisi tidak memungkinkan. Peralatan dan alat bantu belajar juga tidak bisa dibawa semuanya, hingga mengganggu sistem pengajaran dari biasanya.
“Sabtu lalu pak MD Rizal dengan Wakil Bupati Marwan datang ke sini meninjau sekolah, tetapi tidak tahu apa yang dibicarakan. Hanya melihat saja lalu pulang, tanpa ada keputusan yang jelas,” tandasnya.
Sementara itu untuk menyikapi masalah ini Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan MD Rizal tidak berhasil dikonfirmasi. Pasalnya ketika dihubungi, nomor ponselnya tidak aktif. (supendi)