BENGKALIS(HR)–Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar konsultasi publik terkait urgensi pembentukan Kawasan Konservasi Perairan di Riau, khususnya dalam mendukung kawasan zona perikanan ikan terubuk. Hal itu penting mengingat penurunan populasi ikan terubuk tidak hanya terjadi lantaran aktivitas penangkapan, melainkan juga degradasi lingkungan. Konsultasi publik yang difasilitasi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bengkalis itu digelar di Hotel Pantai Marina, Selasa (12/11). Sebagai pembicara dari KKP Muhammad Safuddin, Kepala DKP Riau Irwan Effendy, Dosen Faperika Universitas Riau Deni Efizon dan Fauzi dan unsur DKP Bengkalis, Meranti dan Siak, tokoh masyarakat, LSM, kepala desa dan nelayan.
Kepala DKP Riau, Irwan Effendy, dalam sambutan singkatnya mengungkapkan tentang menurunannya populasi ikan di Riau. Salah satunya ikan terubuk terjadi tidak hanya karena aktivitas penangkapan para nelayan. Perlu disadari bahwa menurunnya habitat tempat ikan hidup juga menjadi penyumbang terbesar menurunnya populasi ikan. Seperti Sungai Siak yang menjadi salah satu habitas dari siklus ikan terubuk, kondisinya saat ini sungguh memprihatinkan. Dengan banyaknya aktivitas perusahaan di sepanjang Sungai Siak, membuat sungai tersebut tidak lagi nyaman bagi ikan-ikan untuk hidup.
 “Kalau bisa bicara ikan-ikan Sungai Siak ni, dia akan menangis,” ujar Irwan menganalogikan beratnya tingkat pencemaran yang ada di Sungai Siak.
Apa yang disampaikan Irwan Effendy memang tidak berlebihan. Ditambahkan Deni Efizon, berdasarkan hasil kajian yang ia lakukan, ternyata ditemukan sawdust (serbuk gergaji) pada perut ikan terubuk. Hal itu tidak terlepas dari kebiasaan ikan terubuk yang makan plankton. Namun dikarenakan perairan sudah tercemar akibat aktivitas pabrik pengolahan kayu, bukan hanya plankton saja yang masuk ke dalam perut ikan terubuk, melainkan juga serbuk gergaji.
“Jadi persoalan kelangkaan ikan terubuk bukan saja karena faktor kebiasaan nelayan yang menangkap ikan terubuk dan diambil telurnya, tapi juga faktor lingkungan. Habitat yang manjadi bagian dari siklus ikan terubuk sudah tercemar,” ujarnya.
Sementara Fauzi memaparkan salah satu pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang efektif adalah dengan mengembangkan Kawasan Suaka Perairan yang juga disingkat KKP, yaitu mengalokasikan sebagian wilayah pesisir dan laut sebagai tempat perlidungan bagi ikan-ikan ekonomis penting, termasuk ikan terubuk untuk memijah dan berkembang biak dengan baik.
Tujuannya sambung Fauzi bisa ditinjau secara ekologi, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan. Secara ekologi lebih menitikberatkan pada pelestarian dan konservasi sumberdaya ikan terubuk. Tujuan ekonomi lebih difokuskan para eksploitasi sumberdaya untuk menghasilkan komoditi yang dapat dipasarkan. Tujuan sosial budaya lebih difokuskan pada revitalisasi nilai-nilai budaya masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya. Hal ini bisa dicapai dengan cara memperkenalkan tentang pelestarian ikan terubuk melalui pendidikan, misalnya dalam bentuk muatan lokal.
Sedangkan tujuan kelembagaan menurut lebih difokuskan pada aturan-aturan pengelolaan berupa regulasi pemanfaatan sumberdaya dan institusi pelaksananya. “Semua tujuan ini harus dicapai secara paralel dalam arti tidak ada satu tujuan yang lebih diprioritaskan atau lebih tinggi kedudukannya dari tujuan yang lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya harus saling terkait anta satu dengan yang lain dan tidak secara parsial dalam pelaksanaannya serta harus bersinergi sehingga terdapat suatu integritas dalam pengelolaan kawasan konerservasi ikan terubuk,” papar Fauzi. (man)

Next > |
---|